STOCKWATCJ.ID (JAKARTA) – Tahun 2025 diprediksi menjadi tahun yang penuh peluang bagi investor pasar saham Indonesia. BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) melihat saham di beberapa sektor berpotensi besar mendulang cuan. Itu antara lain adalah sektor consumers, telco, healthcare, dan poultry.
Menurut Chory Agung Ramdhani, Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas, sektor-sektor ini punya peluang tumbuh pesat. Perbaikan daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi menjadi faktor pendorong utama. “Selain itu, sektor consumers dan healthcare menunjukkan peluang pertumbuhan ROE yang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya,” ujar Chory, kepada stockwatch.id, di Jakarta, Jumat (13/12/2024).
Namun, tantangan tetap ada. Ketidakpastian global bisa menjadi risiko yang mempengaruhi pasar. Chory menyarankan investor untuk mengurangi eksposur terhadap risiko eksternal dengan berfokus pada sektor-sektor yang didorong oleh likuiditas domestik. “Strategi bottom-up dalam memilih saham dengan perbaikan fundamental, seperti ROE yang meningkat, dapat memberikan hasil yang optimal. Diversifikasi portofolio dan fokus pada saham berkapitalisasi besar juga dapat membantu mengurangi risiko,” jelasnya.
Saham berkapitalisasi kecil (small cap) masih memiliki daya tarik, namun perlu didukung oleh fundamental yang solid. Valuasi saham, prospek bisnis, dan potensi pertumbuhan jangka panjang harus menjadi perhatian utama. “Pendekatan selektif sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko investasi pada saham kecil,” tambah Chory.
Investor asing diperkirakan akan tetap memainkan peran besar dalam pasar saham Indonesia. Stabilitas ekonomi domestik dan prospek laba emiten yang menjanjikan menjadikan sektor consumer dan telco menarik bagi mereka. “Aliran dana asing ke sektor-sektor strategis seperti consumer dan telco dapat memberikan dampak positif bagi pasar modal Indonesia,” kata Chory.
Bagi investor ritel, BRI Danareksa Sekuritas menyarankan untuk fokus pada investasi jangka menengah hingga panjang. Sektor-sektor seperti consumers, telco, dan healthcare menjadi pilihan utama. “Gunakan pendekatan bottom-up dalam memilih saham, pastikan valuasi saham masih menarik, dan tetap waspada terhadap risiko global serta domestik,” tutur Chory.
Selain itu, diversifikasi portofolio dan memanfaatkan laporan riset terpercaya dapat membantu mengurangi risiko serta memaksimalkan potensi keuntungan. Dengan strategi yang tepat, investor bisa memanfaatkan peluang besar di 2025 untuk meraih keuntungan optimal di pasar saham.
IHSG Bisa Tembus 8.000, Pasar Modal 2025 Tetap Cerah
Sementara itu, Head of Equity Research BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan optimistis pasar modal Indonesia tetap cerah pada 2025 meski menghadapi berbagai tantangan global. ia memperkirakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menembusi level 8.000.
Menurut Erindra, fundamental ekonomi yang kuat menjadi faktor utama. “Upaya pemerintah menjaga stabilitas ekonomi domestik akan menjadi kunci utama mendukung kinerja pasar modal,” ujar Erindra, Jumat (13/12/2024) kepada stockwatch.id.
Erindra meproyeksikan IHSG akan bertengger di kisaran 7.400–8.000 pada tahun depan. Optimisme ini didorong oleh pertumbuhan laba emiten, peningkatan daya beli masyarakat, dan kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan.
Namun, beberapa risiko eksternal tetap perlu diwaspadai. Erindra menyebut perlambatan ekonomi Tiongkok, ketidakpastian geopolitik, kebijakan suku bunga AS, dan likuiditas domestik yang ketat sebagai tantangan utama.
“Stabilitas politik dan ekonomi domestik akan menjadi faktor penyeimbang yang penting,” tambahnya. Ia juga menyoroti sektor-sektor tertentu yang mengalami perbaikan fundamental sebagai penggerak utama pertumbuhan IHSG.
Corporate action dari konglomerat besar juga disebutnya sebagai katalis positif. “Langkah-langkah kebijakan pemerintah akan memainkan peran signifikan dalam mendukung pertumbuhan pasar,” katanya.
Meski begitu, volatilitas pasar diperkirakan tetap tinggi akibat dinamika global dan fluktuasi nilai tukar Rupiah. “Volatilitas ini bisa menjadi peluang bagi investor yang jeli memanfaatkan momentum pergerakan harga saham,” jelas Erindra.
Ia juga mengingatkan bahwa aliran dana asing ke Indonesia mungkin terpengaruh oleh ketidakpastian global. “Kebijakan agresif Donald Trump sebagai Presiden AS dapat meningkatkan volatilitas pasar,” ujarnya. Namun, fundamental ekonomi domestik yang solid dan prospek stabilitas politik tetap menjadi penyeimbang.
Dengan potensi IHSG menembus 8.000, pasar modal Indonesia diproyeksikan tetap menarik bagi investor. “Optimisme kami didukung oleh kebijakan ekonomi domestik yang kuat dan fundamental emiten yang positif,” tutup Erindra.