STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya di kisaran 5,25% hingga 5,5%. Keputusan ini diumumkan pada Rabu, 18 Juni 2025 waktu setempat atau Kamis, 19 Juni 2025 WIB. Langkah tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar yang memang tidak memperkirakan ada perubahan suku bunga dalam waktu dekat.
Mengutip CNBC International, meski tetap ditahan, The Fed masih membuka peluang untuk memangkas suku bunga sebanyak dua kali sebelum akhir 2025. Sinyal ini terlihat dari proyeksi kebijakan moneter yang dikenal sebagai dot plot.
Dalam proyeksi itu, The Fed justru mengurangi jumlah rencana pemangkasan suku bunga untuk tahun 2026 dan 2027. Masing-masing hanya akan dipangkas satu kali. Dengan demikian, total pemangkasan suku bunga yang direncanakan untuk tahun-tahun mendatang hanya sekitar 1%.
Namun, pandangan di internal The Fed masih belum seragam. Dari 19 anggota komite, tujuh orang menginginkan agar tidak ada pemangkasan suku bunga sama sekali tahun ini. Padahal pada Maret lalu, hanya empat anggota yang berpandangan serupa.
Meski terjadi perbedaan pandangan, seluruh anggota komite sepakat menyetujui pernyataan kebijakan secara bulat.
Dalam proyeksi ekonomi terbarunya, The Fed juga menunjukkan adanya tekanan stagflasi. Produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat diperkirakan hanya akan tumbuh 1,4% pada 2025. Angka ini turun 0,3 poin dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Inflasi di Amerika Serikat diperkirakan naik menjadi 3%, meningkat 0,3 poin dari proyeksi sebelumnya. Inflasi inti atau core PCE juga diprediksi naik menjadi 3,1%. Sementara itu, tingkat pengangguran diperkirakan meningkat menjadi 4,5%. Angka ini naik 0,1 poin dari perkiraan sebelumnya dan 0,3 poin lebih tinggi dari tingkat saat ini.
Dalam pernyataan resminya, Federal Reserve menyebut pertumbuhan ekonomi AS masih berjalan dengan laju yang solid. Tingkat pengangguran dinilai tetap rendah, namun inflasi masih sedikit tinggi. The Fed juga menyampaikan bahwa ketidakpastian ekonomi mulai menurun, meski masih berada di level yang cukup tinggi.
“Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi telah menurun, tetapi masih tetap tinggi. Komite memperhatikan risiko di kedua sisi mandat gandanya,” demikian kutipan pernyataan resmi The Fed.
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan bahwa pihaknya akan bersabar. Ia menyebut The Fed akan menunggu sinyal yang lebih jelas soal arah ekonomi sebelum mengambil keputusan besar.
“Untuk saat ini, kami berada pada posisi yang baik untuk menunggu dan mempelajari lebih lanjut tentang kemungkinan arah perekonomian sebelum mempertimbangkan penyesuaian kebijakan,” ujar Powell dalam konferensi pers.
Meski begitu, Presiden AS saat itu, Donald Trump, kembali melontarkan kritik pedas terhadap Powell. Trump menilai seharusnya suku bunga diturunkan 2% lebih rendah dan menyebut Powell “bodoh” karena tidak mendorong pemangkasan.
Trump menganggap tingginya bunga membuat pemerintah harus membayar bunga utang yang kelewat mahal. Saat ini, beban bunga utang AS diperkirakan mencapai US$1,2 triliun dalam setahun. Jumlah ini hanya kalah dari belanja Jaminan Sosial dan Medicare, dua program sosial terbesar di AS.
Sementara itu, kekhawatiran baru datang dari ketegangan di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Iran yang berpotensi mendorong harga energi naik. Meskipun hal ini tidak disebutkan dalam pernyataan resmi The Fed, pasar memperhatikan dampaknya terhadap inflasi dan kebijakan suku bunga.
Kondisi pasar tenaga kerja juga mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Angka PHK mulai naik, pengangguran jangka panjang juga meningkat, dan belanja konsumen mulai melambat. Penjualan ritel anjlok hampir 1% pada Mei, dan pembangunan rumah baru turun ke level terendah dalam lima tahun terakhir.
“Pada dasarnya, mereka sedang menunggu dan melihat, apakah tarif akan meningkatkan inflasi atau pasar tenaga kerja mulai melemah. Mana pun yang duluan terdampak, itu yang akan menentukan arah kebijakan,” kata Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer di Northlight Asset Management.
Zaccarelli juga menyoroti bahwa pasar terkejut dengan pernyataan The Fed yang menyebut ketidakpastian sudah menurun, padahal tekanan dari berbagai arah masih cukup tinggi.