STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), resmi memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu, 17 September 2025 waktu setempat atau Kamis, 18 September WIB. Dengan keputusan itu, suku bunga federal funds rate kini berada di kisaran 4,00% sampai 4,25%.
Sehari sebelumnya, Bank Indonesia juga mengambil langkah serupa. BI Rate dipangkas 25 basis poin menjadi 4,75%. Keputusan ini diumumkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo usai Rapat Dewan Gubernur pada 16-17 September 2025 di Jakarta.
BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin ke 3,75% dan Lending Facility 25 basis poin ke 5,50%. Kebijakan tersebut diambil untuk menjaga stabilitas perekonomian sekaligus mendorong pertumbuhan di tengah ketidakpastian global. Sejak September 2024, BI Rate sudah turun 125 basis poin menjadi 5,00% dan kini berada di level terendah sejak 2022.
Direktur Bank PT Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Mochamad Rizaldi menilai langkah The Fed memberi sinyal positif bagi pasar keuangan domestik. “Kami menilai penurunan suku bunga The Fed sebagai salah satu sinyal positif bagi stabilitas pasar keuangan domestik,” ujarnya di Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Menurut Rizaldi, kondisi ini membuka peluang bagi Bank Mandiri untuk mengelola biaya dana lebih disiplin. “Hal ini dapat membuka ruang untuk mengelola biaya dana secara disiplin dan menyelesaikan pricing produk dengan tetap mempertimbangkan dinamika makroekonomi, industri, liquidity, dan prospek pertumbuhan ke depannya,” jelasnya.
Terkait kinerja kredit, Bank Mandiri tetap mengedepankan keseimbangan antara ekspansi dan kualitas. “Untuk menjaga kinerja kredit dan profitabilitas, Bank Mandiri fokus pada keseimbangan antara ekspansi dan kualitas termasuk diversifikasi portfolio kredit untuk mengoptimalkan risk return dengan tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian,” kata Rizaldi.
Ia menambahkan, pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) akan terus didorong lewat strategi berbasis ekosistem. Menurutnya, Bank Mandiri akan memanfaatkan value chain dari nasabah untuk memperkuat basis dana murah. “Pertumbuhan kredit dan DPK akan didorong melalui strategi berbasis ekosistem yang memanfaatkan value chain dari nasabah sehingga memperkuat basis dana murah, CASA, yang sustain, mendukung stabilisasi yield, dan menjaga kualitas aset,” tegasnya.