STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Jumat (27/6/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (28/6/2025) WIB setelah sempat melemah terhadap euro.
Mengutip CNBC International, penguatan ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa AS mengakhiri pembicaraan dagang dengan Kanada dan mempertimbangkan untuk kembali membombardir Iran. Pernyataan Trump itu langsung membuat selera risiko investor menurun dan menyeret bursa saham ke zona merah.
“Jika digabungkan, dua pernyataan itu menunjukkan betapa tidak terduganya Trump. Asumsi apa pun yang sudah terbentuk di pasar bisa langsung runtuh,” kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang di ForexLive.
Ia menambahkan, “Reaksi spontan pasar adalah membeli dolar AS, tapi setelah situasi lebih jelas, kemungkinan akan terkoreksi kembali. Perang dagang justru menjadi hambatan bagi dolar sepanjang tahun ini.”
Sebelumnya, dolar AS sempat turun ke posisi terendah dalam tiga setengah tahun terakhir terhadap euro. Pasar memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih banyak dan lebih cepat karena sejumlah data ekonomi AS menunjukkan perlambatan.
Data pada Jumat menunjukkan pengeluaran konsumen AS secara mengejutkan turun pada Mei. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya efek pembelian barang-barang seperti kendaraan sebelum tarif diberlakukan. Inflasi bulanan juga tercatat meningkat secara moderat.
Data mingguan juga menunjukkan bahwa klaim pengangguran lanjutan naik ke level tertinggi sejak November 2021. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama direvisi turun tajam akibat pelemahan belanja konsumen.
“Beberapa data yang muncul dalam beberapa hari terakhir memang tidak terlalu menggembirakan,” ujar Lou Brien, analis dari DRW Trading di Chicago.
Testimoni Gubernur The Fed, Jerome Powell, di Kongres AS awal pekan ini juga dianggap dovish. Powell mengatakan pemangkasan suku bunga mungkin dilakukan jika inflasi tidak naik selama musim panas seperti yang ia harapkan.
Kabar bahwa Trump mungkin akan menunjuk pengganti Powell dalam beberapa bulan ke depan juga memperlemah posisi dolar. Menurut sumber yang dekat dengan Gedung Putih, belum ada keputusan resmi soal itu dan prosesnya belum mendesak.
Pengganti Powell diperkirakan akan lebih dovish dan bisa bertindak seperti bayangan ketua The Fed sebelum masa jabatan Powell berakhir pada Mei. Pemangkasan suku bunga akan membuat daya tarik imbal hasil dolar melemah dibanding mata uang lain.
Pasar kini memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebesar 65 basis poin hingga akhir tahun, naik dari proyeksi 46 basis poin pada minggu sebelumnya.
Indeks dolar nyaris tidak berubah di level 97,36. Namun, secara mingguan, mata uang ini turun 1,40%, penurunan terburuk sejak 19 Mei.
Euro tercatat naik 0,05% ke level US$1,1705 dan sempat menyentuh US$1,1754, tertinggi sejak September 2021. Dalam sepekan, euro menguat 1,57%, terbaik sejak 19 Mei.
Poundsterling turun 0,19% menjadi US$1,3701, tapi secara mingguan menguat 1,85%, juga terbaik sejak 19 Mei. Dolar AS melemah 0,06% terhadap franc Swiss ke level 0,8 dan mencatat penurunan mingguan 2,26%, terbesar sejak 7 April.
Terhadap yen Jepang, dolar justru menguat 0,19% ke posisi 144,65. Namun dalam sepekan, dolar AS tetap melemah 0,94% terhadap yen, penurunan mingguan terbesar sejak 19 Mei.
Di sisi lain, nilai bitcoin ikut turun 0,86% menjadi US$106.879.