STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Selasa (26/8/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (27/8/2025) WIB. Greenback tergelincir setelah Presiden Donald Trump secara mengejutkan memecat Gubernur Federal Reserve Lisa Cook. Langkah ini memunculkan kembali kekhawatiran soal independensi bank sentral.
Mengutip CNBC International, euro naik 0,22% terhadap dolar ke posisi US$1,1647. Poundsterling juga menguat 0,2% ke US$1,3481. Sementara terhadap yen Jepang, dolar turun 0,27% ke 147,36 yen. Dolar juga melemah 0,28% terhadap franc Swiss ke 0,8032. Indeks dolar, yang mengukur posisi greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, terkoreksi 0,28% menjadi 98,19.
Trump mengatakan dirinya memberhentikan Cook karena dugaan penyalahgunaan dalam pengajuan pinjaman hipotek. “Trump tidak memiliki wewenang untuk memecat saya dari bank sentral, dan saya tidak akan mengundurkan diri,” tegas Cook.
Pasar sempat kaget dengan pengumuman tersebut, meski reaksi investor cenderung terbatas. Para pelaku pasar masih menimbang risiko politisasi kebijakan dan potensi dampaknya terhadap pasar.
“Pergerakan investor tetap relatif terbatas karena fokus masih tertuju pada hasil Jackson Hole dan kabar ancaman yang meningkat terhadap Gubernur The Fed Cook, serta secara lebih luas terhadap independensi The Fed,” ujar Uto Shinohara, Senior Investment Strategist di Mesirow Currency Management.
Ia menambahkan, langkah tak terduga pemerintahan Trump dan peluang The Fed yang lebih dovish membuat dolar tetap tertekan.
Sementara itu, data ekonomi AS menunjukkan pesanan barang modal buatan dalam negeri naik lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu. Namun, kepercayaan konsumen justru sedikit turun di Agustus.
Trump sebelumnya berulang kali mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell karena enggan menurunkan suku bunga. Meski begitu, Trump tidak lagi melontarkan ancaman untuk memecat Powell menjelang berakhirnya masa jabatannya kurang dari sembilan bulan ke depan.
Berdasarkan CME’s FedWatch Tool, pelaku pasar kini memperkirakan 85% peluang adanya pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September. Morgan Stanley juga menjadi broker terbaru yang memprediksi penurunan bunga, sejalan dengan proyeksi global setelah Powell memberi sinyal pelonggaran kebijakan pekan lalu.
“Ekspektasi pelonggaran moneter tetap kuat setelah laporan Conference Board menunjukkan rumah tangga makin khawatir soal lapangan kerja dan pendapatan, meski sedikit lebih optimistis pada iklim bisnis,” kata Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Corpay Toronto.
“Dengan respons The Fed yang kini bergeser dari inflasi ke pasar tenaga kerja, data ini memperkuat peluang setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, sekaligus menekan dolar,” lanjutnya.
Meski dolar melemah, pilihan bagi investor untuk beralih ke mata uang lain juga terbatas karena kekhawatiran ekonomi dan fiskal di Eropa. Kenneth Broux, Head of Corporate FX and Rates Research di Societe Generale, menilai kondisi ini membuat ruang pelemahan dolar tidak terlalu lebar.
Pasar obligasi Eropa juga terguncang. Imbal hasil obligasi pemerintah Prancis tenor 10 tahun naik ke 3,53%, level tertinggi sejak Maret. Lonjakan ini dipicu kekhawatiran pemerintah minoritas Prancis akan jatuh bulan depan.
Ketidakpastian politik di Prancis ikut menambah kegelisahan pasar obligasi global, bersamaan dengan isu independensi The Fed di AS. Hal ini mendorong aksi jual di obligasi pemerintah AS, Inggris, dan Jepang.