STOCKWATCH.ID (ALASKA) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska belum menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Meski begitu, Trump menyebut pertemuan hampir tiga jam tersebut sangat produktif.
“Ada banyak hal yang kami sepakati. Ada beberapa hal besar yang belum tercapai, tapi kami sudah membuat kemajuan. Jadi belum ada kesepakatan sampai benar-benar ada kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers bersama Putin.
Mengutip CNBC International, Trump dan Putin berbicara singkat kepada media tanpa menjawab pertanyaan. Belum jelas apakah pembicaraan itu menghasilkan langkah nyata menuju gencatan senjata di konflik paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun terakhir.
Putin mengatakan dirinya berharap Ukraina dan sekutu Eropa menerima hasil negosiasi AS-Rusia. Ia memperingatkan agar mereka tidak merusak kemajuan menuju resolusi damai.
Pertemuan ini menjadi yang pertama sejak 2019. Keduanya didampingi penasihat kebijakan luar negeri dan bertemu di sebuah ruangan di pangkalan udara Anchorage, Alaska. Latar belakang biru bertuliskan “Pursuing Peace” terpampang di belakang mereka.
Trump menyebut tujuan utamanya adalah menghentikan pertempuran dan mendorong Putin segera bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk merundingkan akhir perang. Konflik ini dimulai pada Februari 2022 ketika Rusia menginvasi Ukraina.
Zelenskiy, yang tidak diundang ke pertemuan, dan para sekutu Eropa khawatir Trump akan membekukan konflik dan secara tidak langsung mengakui kendali Rusia atas seperlima wilayah Ukraina. Menanggapi kekhawatiran itu, Trump menegaskan keputusan soal wilayah tetap di tangan Ukraina.
“Saya tidak di sini untuk bernegosiasi bagi Ukraina, saya di sini untuk membuat mereka duduk di meja perundingan,” ujarnya. Trump menambahkan, “Saya ingin melihat gencatan senjata segera… Saya tidak akan senang jika itu tidak terjadi hari ini… Saya ingin pembunuhan ini berhenti.”
Zelenskiy menegaskan tidak akan menyerahkan wilayah Ukraina secara formal dan meminta jaminan keamanan yang didukung AS. Trump berencana menghubungi Zelenskiy dan para pemimpin NATO untuk memberi laporan hasil pembicaraan dengan Putin.
Sesampainya di Alaska, Trump menyambut Putin di karpet merah di landasan pangkalan udara. Keduanya berjabat tangan hangat dan berbincang sebelum menuju lokasi pertemuan dengan limosin Trump.
Trump berharap gencatan senjata dapat membawa perdamaian regional sekaligus memperkuat reputasinya sebagai pendamai dunia. Bagi Putin, pertemuan ini sudah menjadi kemenangan diplomatik yang menunjukkan Rusia tidak lagi terisolasi oleh Barat.
Putin masih menjadi buronan Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang berupa deportasi ratusan anak dari Ukraina, yang dibantah Rusia. Moskow dan Kyiv sama-sama membantah menargetkan warga sipil, meski ribuan orang tewas dalam konflik. Perkiraan konservatif korban tewas dan luka di kedua pihak mencapai 1,2 juta orang, menurut utusan Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, tiga bulan lalu.
Pertemuan di Alaska juga dihadiri Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, utusan khusus Trump untuk Rusia Steve Witkoff, penasihat kebijakan luar negeri Rusia Yury Ushakov, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Trump, yang pernah mengatakan akan mengakhiri perang dalam 24 jam, mengakui tugas itu jauh lebih sulit dari yang dibayangkannya. Ia menilai pertemuan tiga pihak dengan Zelenskiy akan lebih penting ketimbang pertemuannya dengan Putin jika pembicaraan berjalan baik.
Zelenskiy menyebut pertemuan Trump-Putin seharusnya membuka jalan menuju “perdamaian yang adil” dan perundingan tiga pihak. Namun ia menegaskan Rusia tetap melancarkan serangan, termasuk serangan rudal balistik yang menewaskan satu orang dan melukai satu lainnya di wilayah Dnipropetrovsk.
“Sudah saatnya mengakhiri perang, dan langkah-langkah yang diperlukan harus diambil Rusia. Kami mengandalkan Amerika,” tulis Zelenskiy di Telegram.