STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street mengalami tekanan berat pada penutupan perdagangan hari Jumat (7/2/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (8/2/2025) WIB.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, turun 444,23 poin atau 0,99% menjadi 44.303,4. Indeks S&P 500 (SPX) kehilangan 57,58 poin atau 0,95% mencapai 6.025,99. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, merosot 268,59 poin atau 1,36% menuju posisi 19.523,4.
Investor panik setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana tarif timbal balik. Kebijakan ini bisa meningkatkan tarif impor agar sebanding dengan yang dikenakan negara lain terhadap AS.
“Saya akan mengumumkan minggu depan mengenai perdagangan timbal balik, sehingga kita diperlakukan setara dengan negara lain,” kata Trump dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba. “Kami akan mengadakan konferensi pers dan menjelaskannya dengan sederhana.”
Sebelum pernyataan Trump, pasar sudah goyah akibat data ekonomi yang mengindikasikan kenaikan inflasi. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun melonjak di atas 4,5% pada sesi tertinggi.
Sentimen konsumen turun ke 67,8 pada Februari, menurut indeks Universitas Michigan. Padahal, ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan angka 71,3. Lebih mengkhawatirkan, ekspektasi inflasi satu tahun naik menjadi 4,3%, tertinggi sejak November 2023.
Laporan pekerjaan Januari juga memberi tekanan. Tingkat pengangguran turun ke 4% dari 4,1%, sementara rata-rata pendapatan per jam naik lebih dari perkiraan.
Saham Amazon anjlok 4% setelah proyeksi pendapatan kuartal pertama mengecewakan investor. Perusahaan memperkirakan pertumbuhan pendapatan hanya 5% hingga 9%, terendah dalam sejarah mereka. Hal ini menutupi hasil keuangan kuartal keempat yang sebenarnya melampaui ekspektasi.
Alphabet juga melemah setelah laporan keuangan yang mengecewakan awal pekan ini.
“Kami baru saja mengalami beberapa kekecewaan di sektor teknologi yang biasanya kuat, seperti ‘Magnificent Seven’. Investor mulai mengalihkan dana dari kelompok ini,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research. “Saya tidak berpikir ini awal dari pasar bearish, tetapi volatilitas dan tekanan jangka pendek masih akan terjadi.”
Minggu ini, pasar bergejolak. Saham anjlok pada Senin setelah Trump mengumumkan tarif 10% untuk China. Ia juga sempat mengusulkan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko sebelum akhirnya menunda rencana tersebut. S&P 500 sempat naik tiga hari berturut-turut setelah penundaan itu, tetapi kembali tertekan pada Jumat.