STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali berakhir melemah pada penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (9/4/2025) WIB. Pasar saham Amerika Serikat kembali diguncang ketidakpastian.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) turun 320,01 poin atau 0,84% menjadi 37.645,59. Pelemahan ini membuat Dow terkoreksi lebih dari 4.500 poin hanya dalam empat hari terakhir. Sentimen negatif masih didominasi kekhawatiran investor atas kebijakan tarif baru terhadap China yang bakal mencapai total 104%.
Indeks S&P 500 (SPX) 500 merosot 79,48 poin atau 1,57% mencapai 4.982,77. Ini merupakan kali pertama indeks tersebut ditutup di bawah level 5.000 sejak April 2024. Dalam empat hari terakhir, S&P 500 sudah kehilangan lebih dari 12%.
Nasib lebih buruk menimpa indeks komposit Nasdaq (IXIC). Indeks yang didominasi saham teknologi ini, anjlok 335,35 poin atau 2,15% ke posisi 15.267,91. Padahal, Nasdaq sempat naik lebih dari 4% di awal perdagangan hari itu. Namun menjelang penutupan, semua sentimen positif langsung sirna.
Saham Apple jadi sorotan utama. Saham raksasa teknologi ini sempat naik 4%, namun berbalik arah dan ditutup turun nyaris 5%. Dalam empat hari, nilai saham Apple sudah terpangkas hampir 23%.
Analis melihat kekhawatiran pasar belum akan reda dalam waktu dekat. Pasalnya, tarif baru terhadap barang-barang China akan kembali diberlakukan tepat setelah tengah malam. Kenaikan ini menambah beban dari tarif awal 10% yang sudah berlaku sejak Sabtu.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif kumulatif terhadap produk China kini mencapai 104%. Ini makin menyulitkan perusahaan untuk merancang strategi bisnis jangka panjang di tengah ketidakpastian global.
Sempat muncul harapan ketika Presiden Donald Trump menyebut telah melakukan “pembicaraan yang hebat” dengan penjabat Presiden Korea Selatan lewat akun Truth Social. Pernyataan itu sempat mendorong sentimen pasar positif di awal sesi.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, juga mengungkapkan bahwa sekitar 70 negara telah menghubungi Amerika Serikat untuk menjajaki negosiasi tarif. Tapi semua harapan itu sirna begitu tekanan jual kembali muncul di pasar.
Menurut Robert Ruggirello, Chief Investment Officer di Brave Eagle Wealth Management, pasar butuh lebih dari sekadar janji.
“Ada kebutuhan akan kepastian kebijakan. Perusahaan tidak akan berani ambil keputusan investasi jangka panjang jika mereka tidak yakin kebijakan pemerintah akan konsisten,” ujarnya.
Hari Selasa menjadi hari keempat berturut-turut pasar bergejolak akibat kekhawatiran tarif. Dan sejauh ini, belum ada tanda-tanda bahwa volatilitas ini akan mereda dalam waktu dekat.