STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street menguat tipis pada penutupan perdagangan Senin (28/4/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (29/4/2025) WIB. Investor bersiap menghadapi minggu yang sibuk dengan laporan keuangan dan data ekonomi.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) naik 114,09 poin atau 0,28% ke level 40.227,59. Indeks S&P 500 (SPX) 500 berhasil menguat tipis 3,54 poin atau 0,06% ke level 5.528,75. Ini menjadi hari kelima berturut-turut indeks tersebut mencetak kenaikan. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, turun 16,81 poin atau 0,1% ke posisi 17.366,13.
Empat dari “Magnificent Seven” yaitu Amazon, Apple, Meta Platforms, dan Microsoft sempat mendapat tekanan sepanjang sesi perdagangan. Apple dan Meta Platforms akhirnya ditutup menguat sekitar 0,4%. Microsoft turun 0,2%, sedangkan Amazon melemah 0,7%.
Laporan keuangan sejauh ini cukup solid. Data FactSet mencatat, 73% perusahaan yang sudah melaporkan kinerjanya berhasil melampaui ekspektasi analis. Namun, angka ini sedikit lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir yang sebesar 77%.
Meski begitu, pelaku pasar mulai menurunkan ekspektasi untuk kinerja kuartal kedua dan sepanjang tahun ini. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian panduan keuangan dari perusahaan, yang masih dibayangi tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Dari sisi perdagangan, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, tidak memberikan banyak kejelasan soal negosiasi dagang dengan China. Namun, ia menegaskan bahwa beban untuk memperbaiki situasi ada di pihak China.
“Saya percaya ini tugas China untuk meredakan ketegangan, karena mereka menjual lima kali lebih banyak ke kita dibandingkan kita ke mereka. Tarif 120%, 145% ini tidak berkelanjutan,” ujar Bessent dalam acara “Squawk Box” di CNBC.
Di sisi lain, Bessent menyebut ada kemajuan dalam proposal dagang lain. Ia mengatakan kesepakatan dengan India bisa menjadi salah satu yang pertama tercapai.
Komentar Bessent ini muncul setelah Trump pekan lalu menyatakan bahwa pembicaraan dengan China sedang berlangsung, membantah klaim Beijing yang mengatakan tidak ada dialog antara kedua negara.
Ekonom Barclays, Jonathan Millar, dalam catatannya menulis, “Beberapa hari terakhir muncul indikasi meredanya ketegangan dagang AS-China, dengan kedua belah pihak mulai melunak atas tarif tinggi yang diberlakukan awal bulan ini. Meski begitu, ini masih sebatas retorika. Kami tetap skeptis akan adanya kemajuan nyata yang cukup untuk menghindari resesi di AS.”
Minggu ini menjadi akhir dari bulan April yang penuh gejolak. Sepanjang bulan ini, saham-saham bergerak liar di rentang perdagangan yang luas setelah Trump mengumumkan rencana tarif besar-besaran dan kemudian menarik kembali sebagian kebijakan tersebut.
Sejauh April berjalan, S&P 500 masih turun lebih dari 1% dan berada sekitar 10% di bawah level tertinggi 52 minggu yang dicapai pada akhir Februari. Dow Jones tertekan lebih dari 4% bulan ini, sedangkan Nasdaq Composite justru naik sekitar 0,4%.
Pada 7 April lalu, S&P 500 sempat memasuki area bear market sebelum akhirnya berhasil melakukan pemulihan. Namun, indeks ini belum mampu menembus level resistensi penting.
Selain laporan keuangan Big Tech, investor juga menanti sederet data ekonomi penting pekan ini. Laporan tenaga kerja non-pertanian (nonfarm payrolls) yang akan dirilis Jumat menjadi perhatian utama. Data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama serta inflasi pilihan Federal Reserve dijadwalkan rilis pada Rabu.