STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kompak menguat pada penutupan perdagangan Jumat (11/4/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (12/4/2025) WIB.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) melonjak 619,05 poin atau naik 1,56% ke posisi 40.212,71. Indeks S&P 500 (SPX) 500 bertambah 95,31 poin atau naik 1,81% dan ditutup di angka 5.363,36. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, menguat 337,14 poin atau setara 2,06% dan berakhir di level 16.724,46.
Lonjakan ini terjadi setelah pernyataan mengejutkan dari Gedung Putih. Presiden Donald Trump disebut optimis China akan segera mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Pernyataan itu langsung membuat pasar saham melonjak tajam di sesi sore.
Padahal sehari sebelumnya, pasar sempat jeblok. S&P 500 anjlok 3,46% dan Dow rontok 1.014 poin atau 2,5%. Nasdaq bahkan turun 4,31%. Ketakutan investor terhadap ketidakpastian kebijakan dagang membuat aksi jual besar-besaran tak terhindarkan.
Sebelumnya, pada Rabu, S&P 500 sempat mencetak reli gila-gilaan dengan lonjakan 9,52%. Itu adalah kenaikan harian terbesar ketiga sejak Perang Dunia II. Dow juga melesat lebih dari 2.900 poin di hari yang sama.
“Pasar memang sedang masuk masa transisi kebijakan dagang global. Meski ada jeda 90 hari untuk tarif balasan, ketidakpastian tetap tinggi,” kata Presiden Wells Fargo Investment Institute, Darrell Cronk, dalam catatan resminya.
Indeks volatilitas VIX sempat tembus di atas 50 awal pekan ini. Namun perlahan turun ke sekitar 37 pada Jumat sore. Ini menandakan pasar masih sangat waspada dan penuh kecemasan.
Tarik-ulur perang dagang terus memanas. AS kini menerapkan tarif 145% untuk semua produk dari China. Sementara barang impor lainnya dikenakan bea masuk 10%. Kanada dan Meksiko kena tarif 25% untuk produk otomotif dan aluminium jika tak masuk dalam perjanjian dagang USMCA.
China tak tinggal diam. Negeri Tirai Bambu itu membalas dengan menaikkan tarif produk AS dari 84% menjadi 125%. “Kalau AS terus menaikkan tarif, itu sudah tidak masuk akal secara ekonomi. Justru akan menjadi bahan tertawaan dalam sejarah ekonomi dunia,” ujar Kementerian Keuangan China dalam pernyataan resmi yang diterjemahkan CNBC.
Di sisi lain, Uni Eropa bergerak cepat. Mereka mengirim perwakilan dagang ke Washington pada Minggu (13/4) untuk mencoba meneken kesepakatan sebelum ketegangan makin parah.
Meski minggu ini penuh gejolak, ketiga indeks utama tetap mencetak keuntungan mingguan yang solid. Nasdaq memimpin dengan kenaikan 7,3%. S&P 500 menguat 5,7%, tertinggi sejak November 2023. Dow naik hampir 5%.
Namun jika dihitung sejak 2 April, saat pengumuman tarif balasan oleh Trump dimulai, indeks-indeks besar tetap berada di zona merah. S&P 500 tercatat turun lebih dari 5% dalam periode tersebut.
Tak hanya urusan tarif, sentimen konsumen di AS juga memburuk. Survei University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi melonjak ke level tertinggi sejak 1981. Ini menambah kekhawatiran bahwa tekanan ekonomi belum akan mereda dalam waktu dekat.