STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street melemah tajam pada penutupan perdagangan hari Selasa (7/1/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (8/1/2025) WIB. Data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve belum akan menurunkan suku bunga. Hal ini mendorong lonjakan imbal hasil obligasi yang semakin menekan pasar.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 178,20 poin atau 0,42% menjadi 42.528,36. Indeks S&P 500 (SPX) merosot 1,11% atau 66,35 poin ke posisi 5.909,03. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, anjlok sebesar 1,89% atau 375,3 poin mencapai 19.489,68.
Awalnya, pasar sempat menguat. Namun, laporan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan sektor jasa tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada Desember. Hal ini memunculkan kembali kekhawatiran inflasi.
Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik lebih dari 7 basis poin ke 4,693%, bahkan sempat menyentuh 4,699%, level tertinggi sejak April. “Ekspektasi inflasi dan suku bunga The Fed kembali disesuaikan, memicu aksi jual setelah optimisme di awal hari,” kata Tom Hainlin, Senior Investment Strategist di U.S. Bank Asset Management Group.
Saham teknologi terpukul paling parah. Nvidia anjlok 6,2% setelah mencatat rekor sebelumnya. Perusahaan ini baru saja meluncurkan chip terbaru berbasis arsitektur Blackwell. Namun, investor memanfaatkan momen untuk merealisasikan keuntungan.
Tesla juga turun 4% setelah Bank of America menurunkan peringkat sahamnya, menyebut valuasi terlalu tinggi dan risiko strategi perusahaan. Saham Meta Platforms melemah hampir 2%, sementara Apple dan Microsoft masing-masing turun lebih dari 1%.
Meski demikian, Hainlin mencatat data ISM mencerminkan pasar tenaga kerja dan konsumen yang masih kuat. “Ini mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan menjadi peluang bagi laba perusahaan,” ujarnya.