STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup dengan hasil yang bervariasi pada akhir perdagangan hari Kamis (26/12/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (27/12/2024) WIB. Perdagangan kali ini memang sepi karena pasar saham Amerika Serikat (AS) tutup pada Rabu (25/12/2024) untuk merayakan Hari Natal.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York naik 28,77 poin atau 0,07% menuju level 43.325,80. Sebelumnya, DJIA sempat mengalami penurunan sekitar 182 poin. Indeks S&P 500 (SPX) berakhir sedikit lebih rendah, kehilangan 2,45 poin atau 0,04%, di level 6.037,59. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, mengalami penurunan kecil sekitar 10,77 poin atau 0,05% menjadi 20.020,36.
Namun, ada dampak positif dari lonjakan yang terjadi pada Hari Natal. Pada Selasa (24/12/2024), S&P 500 naik 1,1%, yang merupakan kinerja terbaik untuk Hari Natal sejak 1974, menurut data Bespoke. Sejauh pekan ini, S&P 500 tercatat naik 1,8%, sementara Dow menguat 1,1%. Kenaikan saham-saham teknologi besar turut mendorong Nasdaq naik 2,3% sepanjang pekan ini.
Pasar juga dipengaruhi oleh optimisme terkait “Santa Claus Rally”. Rally ini biasanya terjadi pada lima hari perdagangan terakhir tahun ini dan dua hari pertama Januari. Sejak 1950, rata-rata S&P 500 naik 1,3% pada periode ini, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata return pasar yang hanya 0,3% untuk tujuh hari perdagangan, menurut LPL Financial. Hari ini menandai hari kedua dari rally tersebut.
Namun, Michael Zinn, Manajer Portofolio Senior dari UBS Wealth Management, mengingatkan bahwa meski rally ini memberikan harapan, prediksi masih sulit dilakukan. “Santa Claus Rally mungkin benar-benar ada, tapi kita lihat saja nanti. Atau bisa juga pasar cukup berat. Ini adalah waktu yang sepi, institusi tidak banyak terlibat, lebih banyak pergerakan yang dipicu oleh investor ritel. Jadi, apa yang terjadi di akhir tahun belum tentu menjadi indikator untuk bulan Januari dan Februari,” ujarnya dalam wawancara dengan CNBC.
Di sisi data, klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 21 Desember tercatat sebanyak 219.000, lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memprediksi 225.000. Namun, klaim berkelanjutan, yang menunjukkan aplikasi pengangguran berulang, meningkat menjadi 1,91 juta, angka tertinggi sejak 13 November 2021.
Secara keseluruhan, bulan ini S&P 500 tercatat naik tipis 0,1%, sementara Nasdaq, yang didorong oleh saham-saham teknologi besar seperti Tesla, Apple, dan Alphabet, melonjak 4,2%. Namun, Dow justru mengalami penurunan sekitar 3,5% dan diprediksi akan mencatatkan bulan terburuk sejak April 2024.