STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (9/10/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (10/10/2025) WIB. Koreksi ini terjadi setelah indeks utama sempat mencetak rekor tertinggi pada sesi sebelumnya. Investor memilih menahan aksi beli di tengah penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat yang sudah berlangsung sembilan hari.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 243,36 poin atau 0,52% menjadi 46.358,42. Indeks S&P 500 (SPX) terkoreksi 18,61 poin atau 0,28% mencapai 6.735,11.. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, melemah 18,75 poin atau 0,08% ke posisi 23.024,63.
Sehari sebelumnya, S&P 500 dan Nasdaq sempat mencatatkan rekor baru dengan Nasdaq untuk pertama kalinya menembus level 23.000. Namun, sebagian investor kini mulai menilai kenaikan tajam sejak awal tahun terlihat terlalu cepat.
“Pasar terus menunjukkan kenaikan yang tidak henti sejak penurunan pada April. Beberapa pihak mulai percaya pasar saham sudah terlalu panas dan perlu jeda,” ujar David Wagner, Head of Equities di Aptus Capital Advisors. “Tapi strategi buy the dip masih kuat, sehingga yang terjadi hanya rotasi saham di bawah permukaan yang menimbulkan sedikit volatilitas.”
Meski sebagian besar saham melemah, beberapa emiten teknologi besar masih menunjukkan kekuatan. Saham Oracle naik 3%, sementara Nvidia menguat hampir 2% setelah sempat terkoreksi di awal pekan. Kedua saham ini mencetak level tertinggi baru setelah laporan sebelumnya menyebut margin bisnis cloud Oracle lebih tipis akibat biaya penyewaan chip Nvidia.
“Pasar sedang mencoba menilai kemitraan mana yang akan memberikan imbal hasil terbaik, dan pergerakan saham yang terjadi mencerminkan rotasi ke perusahaan dengan potensi pengembalian modal paling tinggi,” kata Wagner.
Dari sisi makro, kebuntuan politik di Washington masih membayangi. Penutupan pemerintahan AS sudah berlangsung sembilan hari setelah Senat gagal untuk ketujuh kalinya meloloskan proposal pendanaan. Dampaknya mulai terasa di sejumlah lembaga federal.
Otoritas Pajak AS (IRS) mengumumkan akan menonaktifkan hampir separuh pegawainya. Di sektor transportasi, kekurangan pengatur lalu lintas udara menyebabkan penundaan sejumlah penerbangan domestik.
CEO Delta Air Lines, Ed Bastian, mengatakan pihaknya belum melihat dampak langsung dari situasi tersebut. “Belum ada dampak sama sekali, tapi beberapa dampak bisa mulai muncul jika masalah ini tidak selesai dalam 10 hari ke depan,” ujarnya kepada CNBC. Saham Delta justru naik 4% setelah mencatat kinerja keuangan di atas ekspektasi.
Saham ritel besar Costco juga ikut menguat 3% setelah melaporkan penjualan September yang solid. Menurut Tom Hainlin, National Investment Strategist di U.S. Bank Asset Management, laporan Delta dan Costco mencerminkan daya tahan konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Dari data yang terlihat saat ini, belum ada tanda titik balik dalam perilaku belanja konsumen,” kata Hainlin.
Meskipun tekanan dari penutupan pemerintahan terus membayangi, para analis menilai pasar saham AS masih ditopang oleh kinerja korporasi yang tangguh dan minat investor terhadap sektor teknologi.
