STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali ditutup melemah pada perdagangan hari Kamis (25/9/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (26/9/2025) WIB). Tekanan datang dari jatuhnya saham Oracle dan kenaikan imbal hasil obligasi yang membuat investor semakin berhati-hati.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York melemah 173,96 poin atau 0,38% ke 45.947,32. Indeks S&P 500 (SPX) terkoreksi 33,25 poin atau 0,5% menjadi 6.604,72. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, turun 113,15 poin atau 0,5% ke posisi 22.384,69.
Saham Oracle anjlok 5% dan memperpanjang pelemahan tiga hari berturut-turut. Sejak mencapai puncaknya, harga saham perusahaan teknologi ini sudah terkoreksi hampir 16%.
Tekanan makin besar setelah Rothschild & Co. Redburn memberi peringkat jual. Dalam catatannya, analis memprediksi penurunan 40% karena pasar dinilai terlalu tinggi menilai dampak kerja sama Oracle di bidang kecerdasan buatan terhadap bisnis cloud inti mereka.
“Oracle mengalami kenaikan luar biasa. Sedikit pelemahan mungkin wajar melihat betapa cepat dan dramatis kapitalisasi pasarnya melonjak,” kata Keith Buchanan, Senior Portfolio Manager di Globalt Investments, dikutip CNBC.
Ia juga menyoroti proyeksi pertumbuhan cloud Oracle. “Besarnya pesanan itu memang mencolok, tapi jika hanya datang dari sedikit pasar dan pelanggan, tentu ada risiko,” ujarnya.
Selain Oracle, Tesla ikut tertekan dengan penurunan 4%. Saham teknologi secara umum terkena imbas lonjakan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang sempat menyentuh 4,2%.
Kenaikan yield terjadi setelah data klaim tunjangan pengangguran lebih rendah dari perkiraan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim awal untuk pekan yang berakhir 20 September hanya 218.000. Angka ini lebih rendah dari perkiraan 235.000 dan juga turun 14.000 dibanding periode sebelumnya.
Data tenaga kerja yang solid ditambah revisi pertumbuhan ekonomi kuartal II menjadi 3,8% membuat investor ragu The Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga.
Pasar kini menunggu rilis indeks harga belanja konsumsi pribadi (PCE) yang akan keluar Jumat. Investor juga mencermati ancaman penutupan pemerintahan AS. Menurut memo Kantor Manajemen dan Anggaran, jika shutdown terjadi, lembaga pemerintah harus menyiapkan rencana “pengurangan tenaga kerja” yang berpotensi memicu PHK massal.