STOCKWATCH.ID (NEW YORK) – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street kembali melemah pada perdagangan Selasa (16/12/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (17/12/2025) WIB. ndeks S&P 500 tergelincir untuk sesi ketiga berturut-turut. Para pelaku pasar tengah mencerna rilis laporan pekerjaan bulan November yang sempat tertunda.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York merosot 302,30 poin atau 0,62% dan ditutup pada 48.114,26. Indeks S&P 500 (SPX) turun 0,24% dan menetap di level 6.800,26.. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, justru naik tipis 0,23% ke posisi 23.111,46.
Tekanan pasar dipicu oleh data tenaga kerja yang beragam. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) melaporkan penambahan 64.000 pekerjaan pada November. Angka ini lebih baik dari prediksi ekonom survei Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan 45.000 pekerjaan.
Namun, laporan tersebut juga mengungkap fakta lain yang kurang menyenangkan. Bulan Oktober ternyata mencatat pengurangan 105.000 pekerjaan. Selain itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4,6%. Angka ini berada di atas perkiraan Dow Jones sebesar 4,5%. Kondisi ini memicu kekhawatiran mengenai kesehatan ekonomi AS.
Gina Bolvin, Presiden Bolvin Wealth Management Group memberikan pandangannya terkait data tersebut.
“Data hari ini melukiskan gambaran ekonomi yang sedang mengatur napas,” ujar Bolvin.
“Pertumbuhan lapangan kerja masih bertahan, namun keretakan mulai terbentuk. Konsumen masih berdiri, tapi tidak berlari kencang. Kombinasi ini memberi The Fed lebih banyak kebebasan untuk berputar tanpa panik, dan memberi investor alasan untuk condong ke kualitas, pendapatan, dan tema jangka panjang daripada kebisingan jangka pendek,” tambahnya.
Data ekonomi terbaru ini tidak banyak mengubah prediksi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed. Alat CME FedWatch menunjukkan kecil kemungkinan adanya pengurangan suku bunga lagi pada Januari. Pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan hanya 24%, sama seperti hari sebelumnya.
Selain data ekonomi, sektor energi juga menjadi beban pasar. Harga minyak mentah AS jatuh ke level terendah sejak awal 2021. Saham-saham energi ikut terseret. Exxon Mobil dan Chevron masing-masing turun sekitar 2%. Saham lainnya seperti ConocoPhillips dan Marathon Petroleum juga berada di zona merah.
Koreksi juga berlanjut pada nama-nama besar di sektor kecerdasan buatan (AI). Saham Broadcom, Oracle, dan Microsoft berakhir lebih rendah. Investor tampaknya terus mengambil untung dari saham teknologi yang sudah melambung tinggi. Mereka mulai beralih ke sektor lain seperti perawatan kesehatan dan utilitas.
Eric Diton, Presiden dan Direktur Pelaksana The Wealth Alliance menanggapi pergerakan sektor teknologi ini kepada CNBC.
“Sangat normal bagi perdagangan AI dan perdagangan teknologi untuk dijual dan mengambil napas,” kata Diton.
“Apakah ada risiko? Tentu saja,” lanjutnya. “Tapi apakah ini pasar yang tidak sehat? Tidak, kita sebenarnya melihat perluasan pasar.”
