STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali terpukul pada penutupan perdagangan hari Jumat (10/1/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (11/1/2025) WIB. Pasar saham Amerika Serikat mencatatkan koreksi tajam di semua indeks utama.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 696,75 poin atau 1,63% menjadi 41.938,45. Indeks S&P 500 (SPX) terkoreksi 91,21 poin atau 1,54%, berakhir di angka 5.827,04. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, melemah 317,25 poin atau 1,63% mencapai 19.161,63.
Penurunan ini dipicu oleh laporan tenaga kerja yang jauh melampaui ekspektasi. Data Desember menunjukkan tambahan 256.000 pekerjaan, sementara proyeksi ekonom hanya 155.000. Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,1%, lebih rendah dari perkiraan 4,2%.
Ironisnya, kabar positif ini menjadi kekhawatiran bagi pasar. Angka pekerjaan yang kuat memunculkan spekulasi bahwa Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Menurut CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga Maret turun dari 41% menjadi 25%.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ikut naik tajam, mencapai level tertinggi sejak akhir 2023. Kenaikan ini menekan saham-saham teknologi. Saham Nvidia anjlok 3%, AMD turun 4,8%, dan Broadcom melemah 2,2%. Indeks Russell 2000 yang mewakili saham kapitalisasi kecil terkoreksi lebih dari 2%.
“Berita ini baik untuk ekonomi, tetapi buruk untuk pasar, setidaknya untuk sekarang,” ujar Scott Wren, Senior Global Market Strategist di Wells Fargo Investment Institute. Menurutnya, meskipun pasar tenaga kerja kuat, pelambatan ekonomi tetap mungkin terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Tekanan tambahan datang dari indeks sentimen konsumen Universitas Michigan. Indeks ini mencatat angka 73,2 untuk Januari, di bawah estimasi 74. Selain itu, ekspektasi inflasi satu tahun naik dari 2,8% menjadi 3,3%.
Adam Turnquist, Chief Technical Strategist di LPL Financial, menilai kenaikan imbal hasil bisa menjadi sinyal koreksi pasar. “Namun, kenaikan ini juga mencerminkan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, yang bisa mendukung laba perusahaan dan menurunkan risiko resesi,” katanya.
Secara mingguan, seluruh indeks utama mencatatkan kerugian. S&P 500 turun 1,9%, Nasdaq melemah 2,3%, dan Dow Jones terkoreksi 1,9%.