STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pasar obligasi Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang kuat meski ketidakpastian global tinggi. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, mengungkapkan kondisi itu dalam acara Mandiri Economic Outlook Q3 2025 di Jakarta, Kamis (28/8).
Handy menyampaikan ada tiga hal utama terkait pasar obligasi. Pertama, tinjauan perkembangan pasar dalam beberapa bulan terakhir. Kedua, faktor pendorong utama yang memengaruhi pergerakan. Dan ketiga, arah prospek ke depan.
Ia menegaskan pasar obligasi Indonesia tetap solid dan resilient di tengah isu global. Mulai dari ketidakpastian tinggi akibat tarif Trump, hingga sikap The Fed yang belum menurunkan suku bunga.
“Faktanya kita bisa tunjukkan di sini secara umum bond yield itu mengalami penurunan,” ujar Handy.
Menurutnya, investor yang mengikuti pandangan Mandiri Sekuritas beberapa bulan terakhir berhasil meraih keuntungan modal. “Dengan penurunan bond yield, investor bisa mendapatkan capital gain,” jelasnya.
Data menunjukkan obligasi tenor 5 tahun turun dari hampir 7% di akhir Desember tahun lalu menjadi 5,68% saat ini, atau turun 134 basis poin. Untuk tenor 10 tahun, yield turun dari 7,1% menjadi 6,31%, atau turun 81 basis poin.
Handy menambahkan penurunan yield itu berimbas positif pada imbal hasil investasi. “Kalau kita bicara total return, karena ada capital gain, rata-rata return investasi di obligasi kita sekarang mencatatkan hampir 10%. Sesuatu yang sangat positif di tengah kondisi uncertainty yang sangat tinggi,” ujarnya.
Mandiri Sekuritas melihat ada dua faktor utama yang mendorong tren ini. Dari sisi global, pelemahan dolar AS menjadi pemicu penting. “Year-to-date USD mengalami penurunan, dan yield USD juga turun. Ini yang mendorong inflows asing, karena mereka butuh instrumen untuk hedging,” kata Handy.
Ia mencontohkan kenaikan harga emas yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir sebagai bukti investor mencari aset di luar dolar. Menurutnya, masuknya dana asing ke obligasi Indonesia sejak tahun lalu hingga tahun ini menjadi salah satu motor turunnya yield.
Faktor kedua datang dari dalam negeri. Penurunan suku bunga BI Rate ikut mendorong turunnya suku bunga lainnya. Handy menilai hal ini memperkuat penurunan yield terutama pada tenor pendek.
“Dengan adanya penurunan SR BI rate dan juga outstanding SR BI yang turun, ini mendorong pelonggaran likuiditas, dan semakin memberikan support buat pasar obligasi,” ungkapnya.
Ia menegaskan ketahanan pasar obligasi Indonesia juga bisa dilihat dari perbandingan dengan negara emerging market lain. “Tidak hanya Indonesia yang mengalami bond yield penurunan year to date, hampir semua emerging market juga mengalami penurunan bond yield,” ucap Handy.
Mandiri Sekuritas mencatat pelemahan dolar AS sebesar hampir 9% year-to-date, serta penurunan US Treasury yield 10 tahun sebesar 27 basis poin. Menurut Handy, kondisi global tersebut menjadi faktor utama yang menekan bond yield di berbagai pasar emerging market, termasuk Indonesia.