STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia bergerak terbatas pada penutupan perdagangan hari Selasa (5/11/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (6/11/2024) WIB, menjelang Pemilu Presiden AS yang diperkirakan akan sangat ketat. Setelah naik lebih dari 2% pada sesi sebelumnya, harga minyak dipengaruhi keputusan OPEC+ yang menunda peningkatan produksi bulan Desember.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman naik 29 sen atau 0,4%, menjadi US$71,76 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 31 sen atau 0,4%, mencapai US$75,39 per barel di London ICE Futures Exchange.
Tony Sycamore, analis pasar IG, mengatakan saat ini pasar berada dalam “tenangnya sebelum badai”. “Keputusan OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi yang direncanakan Desember menjadi faktor pendorong,” jelas Sycamore. Namun, ia juga menambahkan bahwa pasar masih tertekan oleh permintaan yang lemah dan meningkatnya pasokan dari negara non-OPEC.
Minggu ini menjadi periode penting bagi pasar global. Selain Pemilu AS, ada pertemuan kebijakan Federal Reserve dan Kongres Rakyat Nasional China yang turut mempengaruhi para trader. “Banyak pelaku pasar memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut,” kata Sycamore.
Polling menunjukkan Pemilu AS akan berlangsung sangat ketat. Jika hasil pemilu tertunda atau ada perselisihan, pasar bisa menghadapi ketidakpastian dan risiko jangka pendek. Di sisi lain, pertemuan Kongres Rakyat Nasional China diharapkan dapat memberi kejelasan soal stimulus fiskal untuk mendorong permintaan domestik.
Namun, pasar minyak kemungkinan tidak akan melihat tindakan kuat dari China sampai hasil Pemilu AS diumumkan. Ini membuat harga minyak bergerak dalam kisaran sempit untuk sementara waktu meski ada beberapa faktor pendukung.
Di sisi lain, produksi minyak OPEC meningkat pada Oktober, seiring kembalinya output dari Libya. Namun, usaha Irak untuk memenuhi kuota pemotongan produksinya membatasi kenaikan tersebut. Iran juga diperkirakan akan menambah produksi sebanyak 250.000 barel per hari setelah mendapat persetujuan pemerintah.
Di AS, badai tropis yang diperkirakan akan berkembang menjadi badai kategori 2 di Teluk Meksiko bisa mengurangi produksi minyak hingga 4 juta barel. Ini menjadi perhatian pelaku pasar karena dampaknya terhadap pasokan global.
Sycamore menambahkan, harga minyak perlu kembali rebound di atas level resistance US$71,50/72,50 untuk menghindari penurunan lebih lanjut. “Pasar minyak tidak akan bergejolak dalam waktu dekat,” tambahnya.
Menjelang dirilisnya data mingguan minyak AS pada Rabu, jajak pendapat Reuters menunjukkan stok minyak mentah AS diperkirakan meningkat. Namun, persediaan bahan bakar distilat dan bensin diperkirakan akan menurun.