Jumat, Agustus 8, 2025
29.3 C
Jakarta

Dolar AS Menguat, Ketegangan Geopolitik Mereda, Tapi Risiko Masih Menghantui Pasar

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Indeks dolar AS menguat pada penutupan perdagangan hari Selasa (19/11/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (20/11/2024) WIB, setelah sebelumnya sempat melonjak tajam akibat ketegangan geopolitik. Ketegangan ini dipicu oleh perubahan doktrin nuklir Rusia setelah serangan rudal Ukraina ke wilayah Rusia. Permintaan terhadap dolar AS meningkat sebagai mata uang safe-haven. Namun, gejolak pasar mereda setelah pernyataan resmi dari Rusia dan AS.

Mengutip CNBC International, Rusia mengungkapkan bahwa Ukraina menggunakan rudal ATACMS buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia. Serangan ini dianggap sebagai eskalasi besar dalam konflik yang sudah memasuki hari ke-1.000. Beberapa hari sebelumnya, Presiden Vladimir Putin menyetujui perubahan doktrin nuklir Rusia setelah pemerintah AS memberikan izin bagi Ukraina menggunakan senjata canggih buatan AS.

Indeks dolar naik 0,03% menjadi 106,25 setelah sempat mencapai 106,63 di sesi yang sama. Sementara itu, euro melemah 0,12% menjadi 1,0586 US$.

Namun, respons pasar terhadap ketegangan ini mulai mereda setelah Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan bahwa negaranya akan berusaha menghindari perang nuklir. Lavrov juga mengapresiasi keputusan Jerman yang memilih untuk tidak mengirimkan rudal jarak jauh ke Ukraina. Pernyataan ini dinilai sebagai langkah yang “bertanggung jawab.”

AS pun menegaskan bahwa mereka tidak akan mengubah kebijakan nuklir mereka. “Sentimen pasar mulai berbalik setelah pernyataan Lavrov dan keputusan AS untuk tidak merespons perubahan doktrin nuklir Rusia,” ujar Erik Bregar, Direktur Risiko Valuta Asing & Logam Mulia di Silver Gold Bull, Toronto.

Sementara itu, yen Jepang tidak bergerak signifikan di angka 154,68 per dolar setelah sebelumnya sempat menguat 0,91% terhadap dolar. Yen juga menguat 0,11% terhadap euro di level 163,74. Sejak awal Oktober, dolar AS menguat sekitar 9% terhadap yen, bahkan sempat mencapai 156,74, tertinggi sejak Juli lalu.

Dolar AS juga menguat 0,02% terhadap franc Swiss, yang sempat terdepresiasi 0,32%. Di sisi lain, rubel Rusia melemah 0,83% terhadap dolar AS, mencapai 100,571 rubel per dolar. Ini adalah pertama kalinya rubel melewati angka 100 terhadap dolar sejak Oktober 2023.

Penguatan dolar ini juga dipicu oleh ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve AS akan memperlambat penurunan suku bunga. Selain itu, kekhawatiran terhadap kebijakan ekonomi Presiden AS yang baru, Donald Trump, turut mendukung dolar. 

Harapan penurunan suku bunga pada pertemuan Federal Reserve Desember menurun menjadi 59,1% dari 76,8% sebulan lalu. Meski demikian, ketidakpastian ekonomi tetap menjadi faktor penggerak pasar.

Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan terus memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pejabat ECB, Fabio Panetta, menyatakan bahwa suku bunga lebih rendah diperlukan untuk mendukung pertumbuhan karena dampak pasca-pandemi mulai mereda dan inflasi kembali normal.

Poundsterling Inggris melemah 0,04% menjadi 1,2671 US$.

Artikel Terkait

Dolar AS Menguat, Waller Muncul Jadi Kandidat Kuat Ketua The Fed Pilihan Trump

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Bocoran Kinerja BTN Semester I 2025, Laporan Keuangan Dirilis Sebelum Akhir Bulan!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk...

Dolar AS Melemah, Pasar Yakin The Fed Bakal Potong Suku Bunga Lagi

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru