STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS mencatatkan rekor tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir pada penutupan perdagangan Kamis (2/1/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (3/1/2025) WIB. Lonjakan ini didorong oleh optimisme terhadap ekonomi AS dan spekulasi kebijakan Donald Trump menjelang pelantikannya bulan ini.
Mengutip CNBC International, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, naik 0,8% pada pukul 14:45 waktu ET. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak November 2022.
Pasar percaya ekonomi AS tetap solid meski suku bunga tinggi. Susannah Streeter, Kepala Pasar Uang Hargreaves Lansdown, menyebut ketahanan konsumen dan perusahaan sebagai faktor utama. “Tingkat pengangguran yang rendah juga menjadi indikator positif,” katanya.
Janji Trump untuk memangkas pajak dan deregulasi semakin memperkuat keyakinan pasar. Harapan pada skenario “Goldilocks” — ekonomi stabil tanpa risiko berlebihan — mendorong penguatan dolar lebih jauh.
Sementara itu, mata uang Eropa terpukul cukup parah. Euro melemah 1% menjadi US$1,0255, level terendah sejak November 2022. Pound sterling juga turun 1,17% ke US$1,2367, posisi terendah dalam delapan bulan terakhir.
Ketidakpastian ekonomi di Eropa menjadi faktor utama. Ancaman tarif besar-besaran dan perang dagang dari kebijakan Trump menekan zona euro. Prediksi pertumbuhan lemah menambah beban bagi negara seperti Jerman dan Prancis.
Kebijakan suku bunga tinggi di AS mendukung kekuatan dolar. Bank Sentral Eropa dan Bank Inggris tampak lebih berhati-hati dalam pertemuan terakhir mereka. Di sisi lain, pasar memperkirakan Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga secara agresif pada 2025.
Mohamad Al-Saraf, analis dari Danske Bank, menyebut kebijakan Trump yang pro-dolar memberi dukungan kuat. “Namun, data ekonomi negatif dari AS bisa memicu koreksi,” ujarnya.
Investor kini fokus pada klaim pengangguran, laporan manufaktur ISM, dan data nonfarm payrolls pekan depan. Data ini akan menjadi kunci untuk menilai kekuatan ekonomi AS.