Rabu, Oktober 8, 2025
32.9 C
Jakarta

Mandiri Sekuritas Prediksi IHSG 2025 Tembus 8.150, Ini Sektor yang Akan Menguntungkan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Di tengah ketidakpastian global dan domestik, pasar saham Indonesia diperkirakan akan mengalami periode ‘The Waiting Game’ pada tahun 2025. Hal ini karena ketegangan dan volatilitas tinggi yang masih menghantui, membuat investor harus ekstra hati-hati dalam memilih sektor yang tepat.

Menurut Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menghadapi tekanan besar, terutama dengan strategi bottom-up. “Pada kondisi seperti ini, sangat penting bagi investor untuk berfokus pada sektor-sektor tertentu, karena perputaran uang akan meningkat. Ini terkait dengan kebutuhan pendanaan yang semakin tinggi, sementara likuiditas tetap ketat,” ujar Oki di Jakarta, Kamis (9/1//2025).

Seiring dengan ketidakpastian yang ada, Oki mendorong para investor untuk mempertimbangkan sektor yang dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi ini. “Volatilitas yang besar mungkin akan terus terjadi hingga ada kepastian lebih besar,” tambahnya.

Mandiri Sekuritas memperkirakan IHSG mencapai level 8.150 pada akhir 2025. Kisaran IHSG diproyeksikan berada di antara 8.590 dan 7.140. Beberapa sektor yang diprediksi akan menarik perhatian investor antara lain sektor konsumsi, pangan, properti, telekomunikasi, transportasi, dan retail.

Namun, ada perbedaan sektor yang lebih disukai pada kuartal II 2025. “Sektor perbankan, automotif, dan retail akan menjadi sektor yang banyak diminati,” kata Oki.

Selain pasar saham, pasar obligasi Indonesia juga menunjukkan prospek positif. Oki mencatat, obligasi akan memberikan imbal hasil yang baik pada 2024 dan 2025, didorong oleh beberapa faktor positif. Salah satunya adalah potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang masih terbuka. “Dengan tekanan inflasi yang relatif rendah dan ekspektasi suku bunga The Fed yang turun hingga 2025, prospek pasar obligasi tetap cerah,” jelasnya.

Selain itu, meski ada beberapa tantangan, seperti kebijakan fiskal di AS yang berpotensi mempengaruhi inflasi dan ekspektasi penurunan suku bunga di sana, Oki menilai pasar obligasi Indonesia akan tetap menarik. “Tekanan supply Surat Berharga Negara (SBN) juga masih manageable, karena pemerintah bisa memanfaatkan Saldo Anggaran Lebih dan program pembiayaan lainnya,” tambahnya.

Di sisi lain, ada perkembangan menarik di pasar obligasi Indonesia. Menurut Oki, korelasi antara imbal hasil US Treasury dan yield obligasi pemerintah Indonesia kini menurun. Hal ini didorong oleh semakin besar dominasi investor domestik, baik dari institusi maupun individu. “Bahkan tahun ini, investor ritel menjadi pembeli terbesar di pasar obligasi pemerintah,” ujarnya.

Dengan adanya perkembangan tersebut, pasar obligasi Indonesia bisa jadi pilihan menarik di tengah ketidakpastian global yang sedang terjadi. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan dan perhatian khusus pada dinamika global yang bisa memengaruhi pasar, seperti pemilu AS dan eskalasi konflik geopolitik.

Artikel Terkait

Saham NTBK Mentok ARA, Benarkah Akan Diakuisisi Pabrikan EV China? Ini Penjelasan Manajemen

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat adanya...

Dipicu Sederet Saham Ini, IHSG Sesi I Turun 0,51% ke 8.127,700

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Citatah Gandeng Chememan Thailand, Kembangkan Fasilitas Produksi Kapur

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Citatah Tbk (CTTH), telah menandatangani...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru