Rabu, Agustus 27, 2025
28.2 C
Jakarta

BEI Targetkan 407 Instrumen Baru Tahun Ini, Genjot IPO 5 Perusahaan Raksasa!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) terus tancap gas mendorong pertumbuhan pasar modal. Tahun ini, BEI menargetkan penerbitan 407 instrumen baru dari berbagai jenis efek. Mulai dari saham, exchange traded fund (ETF), dana investasi real estat (DIRE), obligasi, sukuk, efek beragun aset (EBA), hingga warrant terstruktur.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, target tersebut mencakup semua jenis instrumen secara merata. “Kita targetkan 407 untuk di tahun 2025 ini. Instrumen-instrumen ini kita promosikan karena dapat meningkatkan kedalaman pasar dan juga dari sisi penggalangan dana,” ujarnya dalam keterangan pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu, (25/6/2025).

Meski menargetkan jumlah, BEI tidak menetapkan target nominal dana yang ingin dihimpun. Fokus utama lebih pada menambah jumlah dan jenis produk di pasar modal.

Untuk saham baru, pertumbuhannya masih berlanjut. Hingga akhir Mei 2025, sudah ada 14 saham baru yang tercatat. Tiga di antaranya masuk kategori Lighthouse IPO.

Lighthouse IPO adalah penawaran saham perdana dengan kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun. Selain itu, harus punya free float sebesar 15% atau kapitalisasi pasar free float di atas Rp700 miliar.

“Tahun ini kita targetkan 5 Lighthouse IPO. Tiga sudah tercatat dan dua lagi masih dalam pipeline. Target ini naik dibanding tahun lalu yang hanya tiga,” ujar Direktur Utama BEI, Iman Rachman.

Tiga perusahaan yang sudah resmi melantai di bursa sebagai lighthouse yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI). Salah satu calon lighthouse IPO berikutnya adalah PT Catur Dharma Indera Analitika (CDIA). Perusahaan ini merupakan anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik konglomerat Prajogo Pangestu.

Iman juga menyampaikan capaian sepanjang 2024. BEI mencatatkan 41 saham baru, 144 emisi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), 15 saham tambahan dari konversi HMETD, dan 81 saham tambahan dari konversi waran. Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp193 triliun.

“Dari jumlah itu, Rp14,4 triliun berasal dari IPO 41 saham baru. Sisanya terbesar dari EBUS yang mencapai Rp143,6 triliun,” jelas Iman.

Sampai Mei 2025, jumlah perusahaan tercatat di BEI sudah mencapai 956. Secara regional, BEI berada di posisi kedua di ASEAN. Di tingkat global, BEI juga mencatatkan pertumbuhan jumlah emiten tertinggi kedua dengan kenaikan 1,38%.

Saat ini, masih ada 14 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Menurut I Gede Nyoman Yetna, perusahaan-perusahaan itu berasal dari berbagai skala aset.

“Satu perusahaan tergolong kecil karena asetnya di bawah Rp50 miliar. Lima lainnya skala menengah, dan delapan sisanya masuk kategori besar karena punya aset di atas Rp250 miliar,” jelas Nyoman.

Sektor yang mendominasi pipeline pencatatan juga beragam. Ada 2 perusahaan dari sektor basic materials, 1 dari consumer cyclicals, 2 dari consumer non-cyclicals, 1 dari energi, 3 dari keuangan, 2 dari kesehatan, dan 3 dari sektor transportasi dan logistik.

Artikel Terkait

Empat Saham Lepas dari Suspensi, Investor Bisa Kembali Transaksi Mulai Besok

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kembali...

Sumi Indo Kabel Bagi Dividen Tunai Rp27,69 per Saham, Catat Tanggalnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI) ...

Turun 0,27%, IHSG Berakhir di 7.905,757 Terimbas Saham BBCA, BREN BBRI dan BMRI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Dibuka menguat di 7.971,787, Indeks Harga...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru