STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi menguasai 10% saham Intel. Pengumuman ini disampaikan Menteri Perdagangan Howard Lutnick pada Jumat lalu. Langkah tersebut menjadi bagian dari strategi Presiden Donald Trump memperluas kendali pemerintah atas sektor swasta.
Mengutip CNBC International, Intel mengonfirmasi pemerintah telah membeli 433,3 juta saham dengan nilai US$8,9 miliar. Jika dikonversi ke rupiah dengan kurs saat ini Rp16.340 per US$, total belanja pemerintah setara Rp145,4 triliun. Harga per saham ditetapkan US$20,47 atau sekitar Rp335 ribu, jauh lebih murah dibanding harga pasar saat ini.
Dari total dana tersebut, Rp88,35 triliun atau US$5,7 miliar berasal dari hibah CHIPS Act yang sebelumnya belum dicairkan. Sisanya, Rp49 triliun atau US$3,2 miliar, berasal dari program khusus untuk mendukung produksi chip yang lebih aman.
“Amerika Serikat tidak membayar apa-apa untuk saham ini, dan kini nilainya sekitar US$11 miliar. Ini kesepakatan hebat untuk Amerika dan juga kesepakatan hebat untuk Intel,” tulis Trump di Truth Social.
Trump juga menegaskan pemerintah memang berhak memiliki porsi itu. “Mereka sudah setuju, dan saya pikir ini kesepakatan hebat bagi mereka,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih. Ia menyebut nilai kapitalisasi pasar Intel kini sudah melampaui US$100 miliar.
Meski pemerintah memegang saham, Intel memastikan tidak ada kursi di dewan direksi maupun hak tata kelola yang diberikan. Namun, pemerintah tetap memiliki opsi membeli tambahan 5% saham bila suatu saat Intel kehilangan mayoritas kepemilikan foundry.
CEO Intel, Lip-Bu Tan, menegaskan perusahaan tetap menjaga komitmennya di tanah air. “Sebagai satu-satunya perusahaan semikonduktor yang melakukan R&D dan produksi chip terdepan di Amerika, Intel sangat berkomitmen memastikan teknologi paling maju di dunia dibuat di Amerika,” ujar Tan.
Menteri Perdagangan Howard Lutnick menambahkan langkah ini sesuai aturan CHIPS Act. “Kami akan menyerahkan uang yang sudah dijanjikan pada era Biden. Sebagai gantinya, kami mendapat saham,” ujarnya kepada CNBC.
Selain dari pemerintah, Intel juga mendapat sokongan dari SoftBank. Perusahaan asal Jepang itu pekan ini mengucurkan dana Rp30,8 triliun atau US$2 miliar untuk membeli sekitar 2% saham Intel.
Meski begitu, Intel masih mendapat tekanan dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang menjadi pemasok utama chip untuk Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, dan bahkan Intel sendiri.
Intel kini tengah membangun kompleks pabrik chip di Ohio yang dijuluki “Silicon Heartland.” Pabrik tersebut ditargetkan memproduksi chip tercanggih termasuk untuk kecerdasan buatan. Namun, proyek ini sempat tertunda karena kondisi pasar. Operasional pabrik baru dijadwalkan pada 2030.
Tahun lalu, Intel juga menandatangani kesepakatan hibah hampir Rp123 triliun atau US$8 miliar dari CHIPS and Science Act untuk mendukung pembangunan pabrik di AS. Program ini merupakan bagian dari kebijakan Presiden Joe Biden yang diluncurkan pada 2022.