Rabu, November 12, 2025
27.1 C
Jakarta

Dolar Menguat Lagi, Ekspektasi Pasar ke The Fed Tak Terpenuhi

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali naik terhadap sebagian besar mata uang utama pada perdagangan Kamis (18/9/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (19/9/2025) WIB. Pergerakan ini terjadi sehari setelah Federal Reserve memangkas suku bunga, namun memberi sinyal tidak terburu-buru melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat.

Mengutip CNBC International, kenaikan dolar juga ditopang data terbaru yang menunjukkan jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran turun pekan lalu. Data ini membalikkan lonjakan klaim yang sempat muncul sepekan sebelumnya.

Pound sterling sempat menguat usai Bank of England menahan suku bunga dan memperlambat penjualan obligasi pemerintah. Namun penguatan itu tidak bertahan lama. Pound akhirnya melemah 0,6% ke posisi US$1,35515, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak awal Juli di US$1,3726.

The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin pada Rabu. Ketua The Fed Jerome Powell menyebut langkah itu sebagai “pemotongan berbasis manajemen risiko” untuk merespons pelemahan pasar tenaga kerja. Ia menegaskan bank sentral tidak perlu terburu-buru melakukan pelonggaran lebih lanjut.

Komentar Powell ini dinilai kurang dovish oleh sebagian analis. “Pernyataan Powell jauh dari sikap dovish yang tegas seperti yang diharapkan pasar,” kata Eric Theoret, FX Strategist di Scotiabank.

Menurut Theoret, kombinasi data ekonomi positif pada Kamis dan aksi jual dolar di awal pekan cukup untuk mengangkat kembali posisi mata uang tersebut. “Saya pikir pasar sudah terlalu condong ke satu sisi, sehingga butuh banyak faktor untuk membuat dolar AS turun lebih jauh dari posisi ini,” ujarnya.

Data Reuters menunjukkan indeks dolar sempat jatuh ke level terendah sejak Februari 2022 di posisi 96,224 setelah keputusan The Fed. Namun dolar kembali bangkit dan diperdagangkan naik 0,4% ke 97,347 pada Kamis.

Sementara itu, euro melemah 0,2% ke US$1,17893 setelah terkoreksi dari level tertinggi sejak Juni 2021 di US$1,19185.

Dari sisi kebijakan, Bank of England memutuskan memperlambat penjualan obligasi dari 100 miliar pound menjadi 70 miliar pound per tahun. “Kami menilai pasar terlalu bearish terhadap pound,” kata Benjamin Ford, peneliti di Macro Hive.

Di Norwegia, mata uang krone turun 0,5% setelah Norges Bank memangkas suku bunga 25 basis poin ke 4%. Bank sentral memberi sinyal pemangkasan bisa berlanjut.

Dolar juga menguat 0,6% terhadap yen Jepang ke level 147,88 menjelang keputusan Bank of Japan pada Jumat. Pasar memperkirakan BoJ tidak akan menaikkan suku bunga, meski peluang kenaikan seperempat poin sebelum akhir tahun masih terbuka 50%.

Dari Selandia Baru, produk domestik bruto (PDB) turun 0,9% pada kuartal II dibanding kuartal sebelumnya. Angka ini lebih buruk dari perkiraan analis dan bank sentral setempat. Data tersebut menekan dolar Selandia Baru yang anjlok 1,4% di tengah meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga.

- Advertisement -

Artikel Terkait

BTN Gandeng IKAHI, Sediakan KPR Murah untuk Para Hakim di Seluruh Indonesia

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –– PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk...

Metrodata Suntik Rp150 Miliar ke Anak Usaha untuk Genjot Bisnis Solusi dan Konsultasi

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) menambah...

Pendapatan dan Laba ITMG Kompak Turun per September 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru