Rabu, Oktober 8, 2025
32.7 C
Jakarta

Wall Street Cetak Rekor, Investor Cuek Soal Shutdown Pemerintah AS

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kompak ditutup menguat pada perdagangan Kamis (2/10/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (3/10/2025) WIB. Tiga indeks utama berhasil ditutup di level tertinggi sepanjang sejarah. Investor memilih fokus pada peluang pasar dan menyingkirkan kekhawatiran soal penutupan pemerintahan Amerika Serikat yang sudah masuk hari kedua.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York bertambah 78,62 poin atau 0,17% ke 46.519,72. Indeks S&P 500 (SPX) menguat tipis 4,15 poin atau 0,06% dan berakhir di posisi 6.715,35. Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi intraday baru. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, naik 88,89 poin atau 0,39% menjadi 22.844,05. Indeks berbasis teknologi ini juga sempat menyentuh rekor intraday, didorong lonjakan saham Nvidia yang mencetak level tertinggi baru.

Meski pasar saham menguat, kekhawatiran soal dampak shutdown terhadap ekonomi tetap terasa. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengingatkan potensi perlambatan ekonomi akibat situasi ini. “Produk domestik bruto mungkin akan terkena dampak,” ujarnya kepada CNBC.

Penutupan pemerintahan dimulai setelah negosiasi antara Partai Demokrat dan Republik gagal mencapai kesepakatan anggaran pada Selasa lalu. Kedua kubu saling menyalahkan atas kebuntuan ini. Presiden Donald Trump menegaskan situasi ini memberinya “kesempatan luar biasa” untuk memangkas anggaran berbagai lembaga federal.

Investor menilai pasar masih bisa menoleransi shutdown dalam beberapa hari. Namun, jika berlarut-larut, efek negatif jangka pendek bisa lebih besar meski ada peluang positif untuk jangka panjang. “Shutdown ini berjalan sesuai perkiraan, kedua pihak lebih banyak berbicara lewat mikrofon daripada benar-benar bernegosiasi,” kata Brian Mulberry, Senior Client Portfolio Manager di Zacks Investment Management.

Shutdown kali ini menjadi sorotan lebih tajam dibanding periode sebelumnya. Alasannya, kondisi makroekonomi masih rapuh, inflasi belum reda, valuasi pasar tinggi, dan reli saham yang banyak ditopang sektor kecerdasan buatan. Trump bahkan mengancam pemecatan besar-besaran pegawai federal jika kondisi ini berlanjut, yang bisa makin memperburuk pasar tenaga kerja.

Pertanyaan besar bagi investor adalah berapa lama kebuntuan ini akan berlangsung. Banyak prediksi menyebutkan shutdown bisa berjalan hampir dua minggu. Selain itu, data ekonomi juga ikut terganggu karena laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls September tidak akan dirilis akibat penghentian sebagian besar aktivitas Departemen Tenaga Kerja.

The Federal Reserve diperkirakan akan mengumumkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan Oktober. Langkah ini menjadi sinyal tambahan bagi pasar, apalagi setelah data ADP pekan ini menunjukkan penurunan jumlah tenaga kerja sektor swasta.

Artikel Terkait

Wall Street Terpeleset, Reli S&P 500 Terhenti Akibat Kekhawatiran Shutdown dan Saham Oracle Ambruk

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kompak melemah pada perdagangan Selasa...

Bursa Eropa Lesu, Saham Kering Terbang 5,8% di Tengah Ketidakpastian Politik Prancis

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup melemah pada...

Nikkei Pecah Rekor Dua Hari Beruntun, Saham Teknologi Jadi Pendorong Utama

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru