STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia naik tipis pada perdagangan Jumat (3/10/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (4/10/2025) waktu Indonesia. Meski begitu, harga minyak masih mencatat pelemahan mingguan yang cukup tajam setelah OPEC+ mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi mulai November mendatang.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik 42 sen atau 0,7% menjadi US$64,53 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 40 sen atau 0,7% ke US$60,88 per barel., di New York Mercantile Exchange.
Meski sempat naik, kedua harga acuan minyak itu anjlok tajam sepanjang pekan. Brent turun 8,1%, penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari tiga bulan, sedangkan WTI melemah 7,4%.
Tekanan harga muncul setelah OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC bersama Rusia dan sejumlah produsen kecil lainnya, memutuskan kembali menaikkan produksi minyak sebesar 137.000 barel per hari (bph) mulai November.
Kenaikan tersebut sama dengan tambahan produksi pada Oktober. Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan minyak global.
Sepanjang tahun ini, OPEC+ telah menambah target produksi lebih dari 2,7 juta bph, atau sekitar 2,5% dari total permintaan minyak dunia. Perubahan kebijakan ini menandai berakhirnya periode panjang pemangkasan produksi dan menjadi upaya organisasi itu untuk merebut kembali pangsa pasar dari produsen minyak serpih Amerika Serikat.
Sumber Reuters menyebut, keputusan itu sempat memunculkan perbedaan pendapat antara dua raksasa produsen minyak dunia. Rusia disebut mendukung kenaikan yang moderat agar harga tetap stabil, apalagi negara itu masih tertekan sanksi akibat perang di Ukraina.
Sebaliknya, Arab Saudi ingin peningkatan produksi yang jauh lebih besar, mulai dari dua hingga empat kali lipat dari angka yang disetujui, karena memiliki kapasitas cadangan yang lebih tinggi dan ingin memperluas pangsa pasar lebih cepat.
Dalam pernyataannya, OPEC menilai prospek ekonomi global masih stabil dan fundamental pasar minyak tetap sehat karena persediaan minyak yang rendah.
Sebelumnya, pemangkasan produksi OPEC+ mencapai puncaknya pada Maret lalu dengan total 5,85 juta bph, yang terdiri atas beberapa lapisan pemangkasan, termasuk 2,2 juta bph pemotongan sukarela oleh delapan anggota utama.
Mulai Oktober, delapan anggota itu telah mulai mencabut lapisan pemangkasan kedua sebesar 1,65 juta bph, bersamaan dengan peningkatan produksi bertahap sebesar 137.000 bph.
Pertemuan berikutnya dijadwalkan pada 2 November, di mana OPEC+ akan meninjau kembali strategi produksinya menjelang akhir tahun.
Meski harga minyak saat ini masih jauh di bawah level tertinggi tahun ini di kisaran US$82 per barel, nilainya tetap lebih tinggi dibandingkan posisi terendah di sekitar US$60 per barel pada Mei lalu.
Kenaikan harga yang terbatas ini mencerminkan kehati-hatian pasar. Investor menanti arah kebijakan OPEC+ berikutnya di tengah sinyal campuran antara kebutuhan menstabilkan harga dan keinginan memperluas pangsa pasar global.