STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup melemah pada perdagangan Selasa (8/10) waktu setempat. Sepanjang sesi, pergerakan pasar sempat naik turun sebelum akhirnya berakhir di zona merah.
Mengutip CNBC International, indeks Stoxx Europe 600 yang mencakup saham-saham utama di kawasan Eropa, turun 0,15% menjadi 569,27. Di antara bursa utama, indeks CAC 40 Prancis naik tipis 0,04% ke 7.974,85. DAX Jerman menguat 0,03% ke 24.385,78, dan FTSE 100 Inggris naik 0,05% ke 9.483,58. Sementara itu, FTSE MIB Italia melemah 0,17% ke 43.070,95, dan IBEX 35 Spanyol turun 0,19% ke 15.527,00.
Pergerakan saham Prancis menjadi sorotan setelah Menteri Pertahanan Sébastien Lecornu mengundurkan diri secara mendadak, hanya 27 hari setelah kabinet baru terbentuk. Situasi politik ini sempat menekan pasar. Pada Senin, indeks CAC 40 anjlok 1,3%, namun berhasil bangkit tipis pada Selasa berkat penguatan saham-saham mewah.
Saham Kering, pemilik merek Gucci, melonjak 5,8% dan menjadi penopang utama pasar. Saham LVMH juga naik 3,6%, sementara Renault menguat 2,7%. Kenaikan saham-saham besar ini membantu menahan tekanan akibat ketidakpastian politik di Prancis.
Dari sektor industri, saham Aurubis—produsen tembaga terbesar di Eropa—melonjak 9%. Kenaikan ini terjadi setelah laporan Bloomberg menyebutkan perusahaan berencana menaikkan harga jual premiumnya hampir 40%. Di sisi lain, saham Naturgy asal Spanyol turun 4% setelah mengumumkan rencana menjual sekitar 3,5% sahamnya untuk masuk ke indeks MSCI.
Perusahaan energi asal Inggris, Shell, juga menjadi perhatian. Dalam pernyataannya, Shell menyebut aktivitas perdagangan di divisi gas pada kuartal ketiga diperkirakan “jauh lebih tinggi” dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, perusahaan juga memperkirakan kerugian sekitar US$600 juta akibat pembatalan proyek biofuel di Rotterdam. Saham Shell ditutup naik 1,5%.
Dari Jerman, kabar kurang baik datang dari sektor manufaktur. Data Kantor Statistik Federal Jerman menunjukkan pesanan baru pabrik turun 0,8% pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya. Hasil ini berlawanan dengan perkiraan analis yang memprediksi kenaikan 1,1%.
Tekanan global turut mempengaruhi pasar Eropa. Di Amerika Serikat, Wall Street bergerak datar karena investor masih menunggu perkembangan soal penutupan pemerintahan yang sudah memasuki pekan kedua. Kondisi ini membuat rilis sejumlah data ekonomi, termasuk laporan ketenagakerjaan September, tertunda.