STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik kembali goyah di awal pekan pada perdagangan Senin (13/10/2025) waktu setempat. Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China memanas setelah kedua negara saling melontarkan kebijakan baru dan tudingan terkait perdagangan.
Mengutip CNBC International, indeks Hang Seng di Hong Kong anjlok 2,04%, sementara CSI 300 di China daratan melemah 0,5% ke level 4.593,98. Di Jepang, bursa saham tutup karena hari libur nasional.
Mata uang yuan offshore menguat tipis 0,1% ke posisi 7,1267 per dolar AS, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah China tenor 10 tahun turun lebih dari 5 basis poin ke level 1,752%.
China menyatakan siap menghadapi perang dagang setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif balasan baru terhadap produk impor dari Negeri Tirai Bambu.
“Ini adalah saat yang baik untuk mulai membangun posisi jika sebelumnya melewatkan reli saham China tahun ini,” kata Hao Hong, Managing Partner sekaligus Chief Investment Officer Lotus Asset Management, kepada CNBC. Ia menilai saham-saham China masih tergolong murah dan berpotensi naik setelah fase koreksi.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Perdagangan China menuduh Amerika Serikat menerapkan “standar ganda” usai Trump berjanji akan menaikkan tarif impor hingga 100% sebagai balasan atas kebijakan pembatasan ekspor mineral langka oleh Beijing.
Dalam catatan Goldman Sachs, langkah-langkah terbaru ini bisa menjadi sinyal China tengah menekan Amerika Serikat agar memberikan lebih banyak konsesi dalam negosiasi dagang.
Data ekspor China juga memberi sedikit angin segar. Ekspor naik 8,3% pada September dalam denominasi dolar AS, sementara impor mencatat kenaikan tertinggi dalam lebih dari satu tahun terakhir.
Di kawasan lain, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,84% ke 8.882,80, Kospi Korea Selatan melemah 0,72% ke 3.584,55, dan Nifty 50 India terkoreksi 0,23% ke 25.227,35. Indeks Shanghai Composite juga turun 0,19% ke 3.889,50.
Di India, saham Tata Capital justru mencatat debut positif di bursa dengan kenaikan 1,37% setelah penawaran umum perdana senilai Rp155,1 miliar atau sekitar US$1,75 miliar.