STOCKWATCH.ID (LAMPUNG) – PT United Tractors Tbk (UNTR) terus memacu proses akuisisi PT Arafura Surya Alam (ASA). Ini merupakan anak usaha PT J Resources Nusantara yang bergerak di bisnis tambang emas.
UNTR telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat atau conditional share sale and purchase agreement (CSPA). Proses ini dilakukan melalui dua anak usaha UNTR, yaitu PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) dan PT Energia Prima Nusantara (EPN).
DTN mengambil alih 99,99996% saham ASA dari PT J Resources Nusantara. EPN membeli 0,00004% saham ASA dari Jimmy Budiarto dan 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP).
Corporate Secretary UNTR, Ari Setiawan, menjelaskan posisi terbaru proses akuisisi tersebut. Ia menegaskan perseroan menargetkan transaksi bisa selesai pada bulan depan.
Ari menyampaikan hal itu selaras dengan pengembangan portofolio bisnis perseroan. “Terkait proses akuisisi proyek di Sumbawa, perusahaan berharap proses penutupan transaksi (closing) dapat selesai pada bulan Desember, paling lambat tanggal 23 Desember, setelah pemenuhan syarat-syarat pendahuluan (condition precedent) pasca penandatanganan CSPA,” ujarnya di Lampung, ditulis Sabtu (22/11/2025).
Sebelumnya, Ari Setiawan, mengatakan akuisisi ini selaras dengan strategi diversifikasi grup. “Sejalan dengan strategi diversifikasi kita, yaitu untuk pengembangan portofolio khususnya kapasitas untuk ekspansi di sektor mineral,” jelasnya di Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Ari menjelaskan tambang ASA masih berstatus belum field dan belum terkoneksi. Setelah proses akuisisi selesai, UNTR akan membangun ulang infrastruktur dan fasilitas pengolahan. “Harapannya bisa produksi emas dan menambah portofolio kita di bisnis emas,” tambahnya.
Saat ini UNTR sudah mengoperasikan dua tambang emas. Tambang Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources dengan kepemilikan 95% memiliki kapasitas produksi 220 ribu hingga 230 ribu ons per tahun. Tambang Sumbawa Jutaraya (SJR) diperkirakan memproduksi 18 ribu ons tahun ini dan ditargetkan naik menjadi 35 ribu hingga 40 ribu ons dalam jangka panjang.
PT ASA memegang konsesi tambang emas Doup. Dari blok ini, UNTR menargetkan produksi 140 ribu hingga 155 ribu ons per tahun setelah pembangunan infrastruktur selesai.
Pendanaan akuisisi dilakukan melalui DTN yang dimiliki UNTR dan PT Pamapersada Nusantara (PAMA). “Pembiayaan itu dari internal funding, baik dari UNTR maupun dari PAMA,” jelas Ari.
Ari menyampaikan, setelah akuisisi rampung, pembangunan fasilitas pengolahan ditargetkan tuntas sehingga tambang ASA bisa mulai berproduksi pada 2028.
UNTR berencana membangun pabrik pengolahan berkapasitas 3 juta ton bijih per tahun. Dengan kapasitas itu, kontribusi tambang Doup diperkirakan mencapai 140 ribu hingga 155 ribu ons per tahun.
Jika digabungkan dengan produksi Martabe dan SJR, kapasitas produksi emas UNTR berpotensi naik 1,5 kali lipat pada 2028. “Kalau kita jumlahkan, 220 atau 230 dari tambang emas Martabe ditambah sekitar 40 ribu dari tambang SJR pada tahun 2028, dibandingkan dengan kontribusi dari Doup, itu kira-kira kapasitas produksi emas kita akan naik 1,5 kali lipat di tahun 2028,” kata Ari.
