STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$98,153 juta (US$0,0099 per saham) per Maret 2023. Pencapaian ini naik 45% jika dibandingkan laba INCO sebesar US$67,648 juta (US$0,0068 per saham) per Maret 2022.
Peningkatan laba di atas seiring kenaikan pendapatan bersih Perseroan dari US$235,085 juta pada triwulan I 2022 menjadi US$363,180 juta pada triwulan I 2023. Kendati beban usaha dan beban lainnya mengalami peningkatan, Perseroan berhasil meraih laba usaha US$119,675 juta per Maret 2023, naik dari US$87,109 juta per Maret 2022.
Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur INCO mengemukakan, produksi nikel dalam matte Perseroan pada triwulan I 2023 mencapai 21% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022. Ini seiring dengan telah diselesaikannya pembangunan kembali Furnace 4 tahun lalu.
“Pada triwulan I 2023, harga nikel berada pada level yang menguntungkan dan mendorong Perseroan untuk membukukan laba bersih yang kuat, sebesar AS$98,153 juta, meningkat 207% dibandingkan dengan laba bersih triwulan sebelumnya. Kami juga diuntungkan dengan turunnya harga komoditas energi, namun hal itu tidak menyurutkan tekad kami untuk terus melakukan perbaikan di segala aspek bisnis,” kata Febriany dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (26/4).
Harga realisasi rata-rata Grup INCO pada triwulan I 2023 sebesar 18% lebih tinggi dibandingkan dengan harga triwulan terakhir, yang mendorong pendapatan 19% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan terakhir.
Beban pokok pendapatan Grup turun 9% dari US$251,2 juta pada triwulan IV 2022 menjadi US$228,2 juta pada triwulan I 2023. “Selain kontribusi positif dari harga komoditas yang lebih rendah, penurunan biaya juga didorong oleh disiplin yang kuat dalam hal pengelolaan biaya dan upaya berkelanjutan dalam meningkatkan produktivitas pada proses bisnis kami,” katanya.
INCO membukukan EBITDA sebesar US$173,58 juta dan mengeluarkan sekitar US$58,2 juta untuk belanja modal pada triwulan I 2023. Menyusul peletakan batu pertama untuk proyek Morowali pada Februari 2023, Perseroan dan mitra terus melaksanakan pekerjaan di lapangan, baik di lokasi tambang maupun di pabrik pengolahan.
“Kami memperkirakan akan mengeluarkan sebesar US$132,2 juta untuk belanja modal keberlanjutan dan US$585 juta untuk proyek pertumbuhan (baik tambang maupun penyertaan modal) sepanjang tahun 2023,” katanya.
Febriany mengemukakan kas dan setara kas Perseroan pada 31 Maret 2023 mencapai US$717,3 juta, naik 13% dibandingkan dengan kas dan setara kas pada 31 Desember 2022 sebesar US$634,0 juta. “Kami telah dan akan senantiasa berhati-hati mengontrol pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas,” tutup Febriany.