STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank optimistis mampu bersaing di kancah perbankan digital Tanah Air. Perseroan melihat peluang pasar masih terbuka sangat lebar. Pangsa pasar bank digital saat ini dinilai masih relatif kecil dibandingkan total industri perbankan.
Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan mengibaratkan perjalanan bank digital seperti lari maraton. Ia menilai perusahaannya baru berada di tahap awal perlombaan tersebut.
“Ya, mungkin kalau yang saya bayangkan ini ya, ini seperti kayak maraton di 42 kilometer ya. Saya sih enggak lari maraton sih tapi kata orang 42 kilometer. Jadi kita, saya merasa kita masih di batas-batas mungkin 100 meter, 200 meter. Jadi perjalanan ini masih sangat panjang,” ujar Tigor di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Tigor menyoroti data pangsa pasar bank digital yang masih minim. Hal ini justru menjadi sinyal positif bagi ruang pertumbuhan bisnis di masa depan.
“Kalau kita lihat, seluruh bank yang berfokus kepada digital, bank digital di Indonesia ini, kita totalkan semuanya, market share-nya itu mungkin masih sekitar 1 persenan. Jadi pendalaman pasar itu masih sangat banyak opportunity ke depannya,” jelasnya.
Strategi utama Superbank untuk memenangkan persaingan adalah dengan memanfaatkan ekosistem pemegang sahamnya. Dukungan dari Grab, Ovo, dan Emtek Group dinilai menjadi pembeda utama dibandingkan kompetitor.
“Dan kami merasa, Superbank dengan ekosistem yang sangat kuat, is one of the strong contenders to grab that market share. Jadi ekosistem di Grab dengan tentu saja puluhan juta nasabah, entah itu dari delivery, atau itu dari ride, atau dari Ovo, membuat kita menjadi lebih menjadi mitra terhadap Grab tersebut,” kata Tigor.
Integrasi ini memungkinkan Superbank menawarkan layanan yang lebih baik kepada nasabah.
“Dan sehingga acquisition, servicing, offering terhadap clients itu menjadi jauh lebih, jauh lebih baik. Jadi kami merasa bahwa the ecosystem play is going to be a big differentiator in the future,” tambahnya.
Direktur Keuangan (CFO) Superbank, Melisa Hendrawati menambahkan poin penting terkait visi perusahaan. Inklusi keuangan menjadi misi utama yang dijalankan perseroan.
“Jadi mungkin saya juga mau menambahkan bahwa memang kita memulai journey ini dari awal belum terlalu lama, tapi kami juga rasa, kami ingin masuk ke Indonesia ini bukan cuman dari segi memberikan produk-produk perbankan ya, tapi financial inclusion is something yang bener-bener mendarah daging di Superbank,” ungkap Melisa.
Selain basis nasabah yang besar, Tigor menekankan pentingnya data dalam ekosistem. Data yang kaya memungkinkan bank melakukan penilaian kredit (credit scoring) yang lebih akurat. Hal ini menjadi kunci dalam mengelola risiko di tengah persaingan.
“Mungkin yang belum saya tekankan tadi, dari ekosistem kita memang ada pool dari nasabah, pool dari engagement, tapi juga data. Jadi data yang kami miliki dari ekosistem itu sangat rich,” tutur Tigor.
Ia mencontohkan bagaimana data perilaku pengguna di aplikasi Grab bisa menjadi acuan.
“Jadi bisa dibayangkan kalau dari misalnya dari Grab, bagaimana orang itu take a ride di mana, di mana dia berada, di mana dia bekerja, consistency-nya dia bilang dia kerja di sini tapi ternyata apa namanya naik Grab-nya ke sana terus, atau transaksi keuangannya seperti apa,” paparnya.
Data tersebut membantu bank menyaring nasabah berkualitas. Hasilnya adalah portofolio kredit yang lebih sehat dan menguntungkan.
“Jadi dengan data-data yang sangat baik tersebut, kita bisa buat credit scoring model yang jauh lebih tajam sehingga menghasilkan jauh lebih baik dari segi return to the bank,” imbuh Tigor.
Ke depan, Superbank akan terus memperdalam penetrasi di dalam ekosistem. Salah satu inovasinya adalah produk Ovo Nabung. Nasabah bisa membuka rekening Superbank langsung melalui aplikasi mitra tanpa perlu keluar aplikasi.
“Tapi fokus kami ke depannya, in terms of penetration, tetap di ekosistem kita dulu. Karena itu adalah low hanging fruits yang kita akan coba capai,” tegas Tigor.
Melisa juga memaparkan kinerja keuangan terbaru perseroan. Superbank berhasil mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 102 miliar hingga Oktober 2025. Pendapatan bunga bersih (NII) juga melonjak signifikan.
“Superbank membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp102 Miliar. Itu didorong oleh pertumbuhan NII atau pendapatan bunga sebesar, yang naik sebesar 173% year on year menjadi 1,3 Triliun,” jelas Melisa.
Penghimpunan dana juga tumbuh pesat. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat naik 168% secara tahunan (year on year) menjadi Rp 10,6 triliun per Oktober 2025.
Meski sangat mengandalkan ekosistem, Superbank tidak menutup mata terhadap peluang di luar. Tigor menyebut sekitar 40% nasabah saat ini berasal dari luar ekosistem.
“Akan tetapi kita memang mempunyai 40% yang di luar ekosistem. Dan ini memang berkembang terus. Ke banyak secara organik, banyak dengan partnership-partnership yang lain yang di luar ekosistem,” kata Tigor.
Ia menyadari besarnya potensi pasar Indonesia yang belum tergarap.
“Akan tetapi memang di luar itu Indonesia ini sangat besar. Jadi nasabah di kami itu memang 5 juta nasabah, tapi masyarakat Indonesia itu sangat-sangat besar. Jadi masih sangat luas sekali kesempatan kami di luar ekosistem itu,” tutupnya.
