STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) telah melakukan transformasi digital yang signifikan sejak Oktober 2021. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, ketika menjadi pembicara di acara Closing Ceremony The 12th Jakarta Marketing Week 2024, Minggu (19/5/2024). Ia menyatakan bahwa sebelum transformasi ini, banyak yang meragukan kemampuan Bank Mandiri dalam hal digitalisasi.
Mundur ke belakang, sebelum 2020, Darmawan mengenang, tak sedikit pihak yang meramalkan bahwa Bank Mandiri kelak akan menjadi “dinosaurus” alias punah. Ini lantaran bank dengan simbol pita kuning tersebut dianggap kurang canggih dalam hal inovasi digital. Bank Mandiri kerap disebut tidak memiliki rencana yang jelas terkait pengembangan digital.
Namun, sejak Oktober 2021, setelah ia ditunjuk sebagai direktur utama, Darmawan dan timnya mulai merancang langkah-langkah transformasi digital yang konkret. Transformasi ini akhirnya dimulai pada Oktober 2021. Sejak itu, Bank Mandiri terus melakukan perubahan besar dengan mendukung sistem back end yang kuat.
Menurut Darmawan, salah satu kunci keberhasilan transformasi ini adalah pembangunan kekuatan internal. Darmawan menekankan bahwa semua pengembangan dilakukan Bank Mandiri secara in-house, tanpa ketergantungan pada vendor asing. Semua konsultan dari Amerika, China, atau India tidak lagi digunakan. “Kami tidak lagi tergantung pada vendor,” katanya. Semua pengembangan dilakukan oleh putra-putri bangsa, tanpa konsultan asing.
Bank Mandiri merekrut talenta-talenta terbaik dari universitas di seluruh Indonesia. “Kami membangun semuanya sendiri, tanpa bantuan vendor asing,” kata Darmawan. Pada saat peluncuran transformasi, Bank Mandiri memiliki kurang dari 2.000 developer IT. Tapi, saat ini, jumlahnya telah melebihi 5.000. “Semuanya putra-putri Indonesia,” paparnya bangga.
Meskipun anggaran IT Bank Mandiri besar, namun mayoritas dialokasikan untuk pengembangan sumber daya manusia, bukan untuk hardware. “Jika soal hardware, organisasi mana pun bisa membelinya,” jelas Darmawan. Bank Mandiri memiliki tiga set prosesor IBM P9 untuk memastikan tidak ada gangguan dalam layanan digital Perseroan.
Sejak mengalami gangguan pada Februari 2021, Bank Mandiri terus meningkatkan kapasitas transaksi mereka. Saat ini, kata Darmawan, kemampuan transaksi Perseroan mencapai 18.000 transaksi per detik, dengan prosesor yang mampu menangani hingga 35.000 transaksi per detik. Bank Mandiri juga sedang membangun kapasitas untuk 60.000 transaksi per detik. Bahkan, Perseroan telah memesan kapasitas prosesor untuk 100.000 transaksi per detik.
“Tidak ada institusi keuangan lain di dunia yang memiliki kapasitas sebesar itu, hanya Bank Mandiri,” tegasnya. Ini menunjukkan betapa seriusnya Bank Mandiri dalam melakukan transformasi digital. Aplikasi Super App Livin’ by Mandiri sekarang memiliki lebih dari 24 juta pengguna, meningkat dari 4-5 juta saat masih Mandiri Online.
Transformasi digital yang dilakukan sejak Oktober 2021 ini telah berkembang sangat pesat. “Kami berpikir jauh ke depan,” kata Darmawan. Dengan semua langkah ini, Bank Mandiri menunjukkan komitmennya untuk menjadi yang terdepan dalam digitalisasi perbankan di Indonesia.