Rabu, Agustus 6, 2025
28.7 C
Jakarta

BI: Ekonomi Indonesia Mampu Bertahan di Tengah Perlambatan Global

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, ekonomi Indonesia tetap resilien (mampu bertahan dari kesulitan). Ini ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik di tengah ketidakpastian dan perlambatan global. Demikian dikemukakan Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam keterangan resmi, Selasa (30/1/2024).

Perry mengemukakan, ekonomi domestik sampai dengan triwulan III 2023 tumbuh 5,05% (ytd), terutama ditopang konsumsi dan investasi. Aktivitas konsumsi yang masih kuat didukung inflasi yang terkendali, menurunnya tingkat pengangguran, serta peran APBN sebagai shock absorber dalam menjaga daya beli masyarakat.

“Investasi juga dalam tren menguat sejak triwulan I 2023 sejalan dengan percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN),” katanya.

Menurut Perry, memasuki triwulan IV 2023, tanda-tanda resiliensi aktivitas ekonomi domestik berlanjut, tercermin pada angka PMI manufaktur yang konsisten ekspansif, surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut, serta beberapa indikator dini yang masih kuat, seperti indeks penjualan riil dan keyakinan konsumen. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan berkisar 5%, angka pengangguran turun menjadi 5,32%, dan angka kemiskinan menjadi 9,36%.

Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 5,2%. Proyeksi pertumbuhan yang masih kuat di tahun 2024 terutama didorong oleh penyelenggaraan pemilu yang berdampak positif pada aktivitas konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun masyarakat, serta berlanjutnya penguatan investasi sejalan dengan progres penyelesaian PSN.

Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi dunia melambat dengan ketidakpastian pasar keuangan yang mereda di tengah divergensi antarnegara yang semakin melebar. “World Bank dalam Global Economic Prospect Januari 2024 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global
melambat dari sebelumnya 3% di tahun 2022 ke 2,6% di tahun 2023 dan kembali
menurun menjadi 2,4% di tahun 2024,” katanya.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh cukup kuat di tahun 2023, namun meningkatnya tekanan fiskal, khususnya beban pembayaran bunga utang serta rasio utang pemerintah menjadi risiko utama ke depan. Sementara itu, ekonomi Eropa masih lemah dan ekonomi Tiongkok cenderung melambat akibat berlanjutnya krisis sektor properti serta tekanan utang pada pemerintah provinsi.

Di sisi lain, tren penurunan inflasi global berlanjut, terutama di AS, sehingga menahan tekanan
kenaikan suku bunga acuan The Fed serta yield US Treasury. Capital inflow ke EMs kembali
meningkat di akhir tahun 2023, termasuk ke Indonesia.

“Memasuki tahun 2024, berbagai risiko global perlu dicermati, seperti pelemahan ekonomi di sejumlah negara utama, meningkatnya tensi geopolitik dan fragmentasi global, serta meningkatnya tekanan fiskal di banyak negara,” ungkap Perry.

Artikel Terkait

Pertumbuhan Ekonomi RI Kalah Tipis dari Vietnam, Unggul dari AS dan Korsel!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan...

Kabar Gembira, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,99% di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian...

BPS, Inflasi Year on Year pada Juli 2025 sebesar 2,37%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru