STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –– PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyambut positif langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%. Kebijakan ini dinilai sebagai langkah akomodatif untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika global. Penurunan suku bunga juga diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan dengan inflasi yang tetap terkendali dan nilai tukar yang stabil.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menilai kebijakan ini menjadi sinyal positif bagi dunia usaha. “Bank Indonesia telah menunjukkan arah yang strategis. Kami di Bank Mandiri siap memperkuat sinergi dengan otoritas moneter melalui pertumbuhan kredit yang sehat, terukur, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat maupun pelaku usaha. Hal ini mencerminkan komitmen kami untuk terus mendukung perekonomian nasional,” ungkap Novita dalam keterangan resminya, Selasa (26/8).
Bank Mandiri memastikan tetap menjalankan fungsi intermediasi secara selektif dan sehat. Fokus utamanya mendukung sektor produktif dan penguatan ekonomi kerakyatan. Dengan strategi pertumbuhan berbasis ekosistem wholesale, perseroan optimistis bisa tumbuh berkelanjutan melalui penerapan prinsip kehati-hatian.
Terkait suku bunga kredit, Bank Mandiri menegaskan telah melakukan penyesuaian pada segmen kredit berbasis reference rate sesuai arah penurunan BI Rate. Transmisi penyesuaian ini dipengaruhi oleh kondisi likuiditas industri, struktur biaya dana, serta komunikasi kepada nasabah. Portofolio kredit yang langsung mengacu pada BI Rate hanya mencakup porsi kecil dibandingkan total portofolio.
Penurunan BI Rate sebesar 25 bps diperkirakan akan menekan yield kredit sekitar 10–15 bps di level portofolio. Dampaknya terhadap pendapatan bunga disebut relatif minimal. Efek tersebut dapat dikelola melalui strategi peningkatan porsi kredit ritel dan UMKM dengan tetap menjaga keseimbangan portofolio wholesale.
Hingga Mei 2025, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit wholesale sebesar 15,8% secara year on year (YoY), lebih tinggi dibanding rata-rata industri 8,43% yoy. Kredit perumahan (KPR) juga tumbuh 14,2% yoy. Sementara segmen ritel naik 8,95% yoy, sejalan dengan tren industri. Data ini menunjukkan produk Bank Mandiri masih diminati pasar.
Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) hanya 1,06% secara bank only pada periode yang sama. Angka ini lebih rendah dibanding rata-rata industri. “Pertumbuhan yang sehat adalah keharusan. Kami akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian agar tetap tangguh menghadapi berbagai siklus ekonomi dan dinamika pasar,” tegas Novita.
Untuk memperluas akses layanan keuangan, Bank Mandiri mengoptimalkan kapabilitas digital. Aplikasi Livin’ by Mandiri hadir untuk nasabah ritel, Kopra by Mandiri untuk segmen wholesale, serta Livin’ Merchant bagi UMKM. Inovasi digital ini menjadi fondasi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan mempercepat layanan finansial bagi seluruh lapisan masyarakat.