Kamis, Oktober 9, 2025
32.1 C
Jakarta

BNI Jaga Likuiditas, Pertumbuhan dan Risiko Kredit Diatur Seimbang

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengambil langkah hati-hati dalam menyalurkan kredit di tengah kondisi likuiditas yang makin ketat. Sepanjang kuartal I-2025, BNI tetap ekspansi tapi dengan pendekatan yang lebih terukur. Penyaluran kredit didominasi segmen korporasi yang dinilai punya kualitas tinggi.

Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo mengatakan BNI tetap fokus menjaga kualitas kredit dan likuiditas, meski situasi global masih tidak pasti. “BNI berfokus untuk memperkuat likuditas dengan menyeimbangkan antara pertumbuhan kredit dan faktor risiko, hal ini terlihat dari kontribusi segmen korporasi berkualitas yang mendominasi penyaluran kredit pada kuartal I tahun ini,” kata Okki dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Hingga akhir Maret 2025, total kredit yang disalurkan BNI tumbuh 10,1% secara tahunan menjadi Rp765,47 triliun. Segmen korporasi menyumbang porsi terbesar dengan 56,6%. Segmen konsumer menyusul dengan kontribusi 18,9%. Untuk segmen kecil dan menengah, BNI fokus pada pembiayaan yang terhubung langsung dengan rantai pasok nasabah korporasi maupun nasabah lama.

Di sisi dana pihak ketiga (DPK), transformasi digital memberi hasil positif. BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 5% menjadi Rp819,58 triliun. Kenaikan ditopang oleh tabungan yang tumbuh 10,2% dan giro yang naik 3,4% secara tahunan. Komposisi dana murah atau CASA BNI juga naik ke level 70,5%, dari sebelumnya 69,9% di akhir 2024. Biaya dana (cost of fund) juga lebih efisien, turun dari 2,79% menjadi 2,75%.

Langkah menjaga likuiditas juga terlihat dari rasio loan to deposit (LDR) yang turun dari 96,1% pada kuartal IV-2024 menjadi 93,1% di kuartal I-2025. Dengan ruang likuiditas yang lebih longgar, BNI lebih siap menyalurkan kredit sesuai target, sambil tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) stabil di 2%. Sementara rasio kredit berisiko (loan at risk/LAR) membaik dari 13,3% menjadi 10,9%. Efisiensi ini ikut menurunkan beban pencadangan atau credit cost dari 1% menjadi 0,9%, sesuai target BNI tahun ini.

Artikel Terkait

Kredit Bank Capai Rp8.075 Triliun, Tumbuh 7,5% di Agustus 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kinerja...

Dolar AS Menguat, Yen Melemah ke Level Terendah Sejak Februari

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Dolar AS Menguat, Yen dan Euro Melemah di Tengah Ketidakpastian Politik Jepang dan Prancis

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru