Rabu, September 3, 2025
34.7 C
Jakarta

BPS Mencatat Deflasi 0,08% pada Agustus 2025, Begini Data Historis Setiap bulan Agustus

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2025 terjadi deflasi sebesar 0,08% (m-to-m).   Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,31%, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,60%. Hal itu dikemukakan Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), di Jakarta, Senin (01/9/2025).

Menurut Pudji, bila merunut data historis, terjadi deflasi setiap bulan Agustus dalam empat tahun terakhir. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,29%, dengan andil deflasi sebesar 0,08%. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 0,18%, dengan andil inflasi sebesar 0,01%.

”Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 0,10%, dengan andil inflasi 0,01%. Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi 0,10%, dan memiliki andil deflasi 0,01%,” tuturnya.

Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat (0,10%), cabai rawit (0,07%), tarif angkutan udara (0,03%), dan bensin (0,02%). Selain itu, terdapat pula komoditas yang masih memberikan andil inflasi yaitu bawang merah (0,05%), dan beras (0,03%). Andil inflasi beras disebabkan oleh terjadinya inflasi beras sebesar 0,73% (m-to-m), lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan Juli 2025 yang mencapai 1,35%.

Berdasarkan komponen, deflasi bulan Agustus 2025 utamanya didorong oleh deflasi komponen harga bergejolak dengan andil deflasi sebesar 0,10%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat, cabai rawit, dan bawang putih. Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah juga mengalami deflasi, dengan andil deflasi sebesar 0,02%.

Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada kelompok ini adalah tarif angkutan udara dan bensin. Sedangkan komponen inti mengalami inflasi, dengan andil inflasi sebesar 0,04%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah biaya kuliah Akademi/PT, emas perhiasan dan biaya SD.

Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 27 provinsi mengalami deflasi, dan 11 provinsi mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara, yaitu sebesar 1,90%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 1,37%.

Secara tahunan (y-on-y), pada Agustus 2025 terjadi inflasi sebesar 2,31%, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 108,51 pada Agustus 2025. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 3,99% dan memberikan andil inflasi sebesar 1,14%. Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah bawang merah, beras, ikan segar, minyak goreng, tomat, kopi bubuk, dan sigaret kretek mesin (SKM).

Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi tahunan cukup dominan adalah emas perhiasan, tarif air minum PAM, bahan bakar rumah tangga, dan nasi dengan lauk.

Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Agustus 2025 adalah kelompok transportasi yang mengalami deflasi sebesar 0,29% dengan andil deflasi sebesar 0,04%. Serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,33% dengan andil deflasi 0,02%. Deflasi kedua kelompok pengeluaran tersebut didorong oleh deflasi bensin, tarif angkutan udara, tarif kereta api dan telepon seluler.

Menurut wilayah, secara tahunan hampir seluruh provinsi mengalami inflasi. Deflasi terjadi hanya di Papua Barat. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 4,42%, dan inflasi terendah terjadi di Maluku Utara, yaitu sebesar 0,43%. Sedangkan Papua Barat mengalami deflasi sebesar 0,87%.

Artikel Terkait

Prabowo Terbang ke Beijing Penuhi Undangan Presiden Xi Jinping

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Presiden Prabowo Subianto berangkat ke Beijing,...

Harga CPO September Naik Tajam, Kakao Malah Turun! Kayu Veneer Bervariasi

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pemerintah menetapkan Harga Referensi (HR) minyak...

Bank Indonesia: Ekonomi Syariah Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru di KTI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Bank Indonesia (BI) menyampaikan Ekonomi Syariah...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru