Rabu, Agustus 6, 2025
33.2 C
Jakarta

Bank BNI Raih Kredit Sindikasi US$600 Juta untuk Pembiayaan Ulang Utang

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau Bank BNI berhasil memperoleh fasilitas kredit sindikasi senilai US$600 juta pada 8 November 2024. Fasilitas ini melibatkan perbankan asing dan lokal.

Okki Rushartomo, Sekretaris Perusahaan BBNI, menjelaskan dalam keterbukaan informasi pada Senin (11/11/2024), bahwa sindikasi ini dipimpin oleh Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd., Bank of America National Association-Singapore Branch, CIMB Bank Berhad Singapore Branch, CTBC Bank Co. Ltd., DBS Bank Ltd., dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Singapore Branch sebagai Mandated Lead Arrangers & Bookrunners (MLAB).

Menurut Okki, PT Bank DBS Indonesia berperan sebagai agen untuk pinjaman tersebut. Jika seluruh syarat terpenuhi, dana pinjaman ini akan dicairkan pada 20 November 2024.

Okki mengungkapkan, fasilitas kredit sindikasi ini memiliki tenor empat tahun dan tidak memerlukan jaminan. Meskipun tingkat bunganya tidak disebutkan, fasilitas ini diharapkan memperkuat kondisi keuangan BBNI. “Dana hasil pinjaman bank asing maupun lokal itu akan digunakan antara lain untuk pembiayaan kembali utang yang ada (debt refinancing) serta untuk keperluan pembiayaan dan pendanaan umum Perseroan,” kata Okki.

Pada kuartal III 2024, BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp16,3 triliun, naik 3,5% dari Rp15,75 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selama sembilan bulan pertama 2024, BBNI menyalurkan kredit sebesar Rp735,02 triliun, tumbuh 9,5% dibanding Rp671,37 triliun di periode yang sama pada 2023.

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun BBNI mencapai Rp769,74 triliun pada Januari-September 2024, naik 3% dari Rp747,59 triliun pada periode yang sama 2023. Rasio kredit bermasalah atau NPL bruto turun menjadi 2% pada September 2024, dari 2,3% di September 2023.

Sementara itu, pendapatan bunga bersih BBNI mengalami penurunan 5,5% menjadi Rp29,44 triliun pada Januari-September 2024, dari Rp31,16 triliun pada periode yang sama 2023. Penurunan ini disebabkan oleh beban bunga yang naik 35,3% year-on-year menjadi Rp19,4 triliun dari Rp14,34 triliun. (konrad)

 

Artikel Terkait

Dolar AS Menguat, Pasar Tunggu Pengganti Gubernur The Fed Pilihan Trump

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

74% Emiten Cuan di Semester I 2025, Laba Naik 21%! Sektor Energi Malah Tekor!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja emiten di pasar modal Indonesia...

Kinerja Impresif Pasca IPO, Laba Bersih DKHH Capai 75% dari Target 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH),...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru