STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia bergerak beragam pada penutupan perdagangan hari Selasa sore (10/12/2024) waktu setempat. Kebijakan fiskal proaktif dan pelonggaran moneter dari Beijing untuk tahun 2025 membawa sentimen positif ke beberapa indeks utama.
Mengutip CNBC International, Indeks CSI300 China naik 0,74% dan ditutup di 3.995,64. Kebijakan baru ini diharapkan mampu meningkatkan konsumsi domestik yang sempat melambat. Namun, indeks Hang Seng di Hong Kong justru melemah 0,5%. Padahal, sebelumnya indeks ini sempat melonjak hingga 3% setelah pengumuman kebijakan pada Senin malam.
Optimisme pasar juga terlihat di obligasi China. Imbal hasil obligasi 10 tahun menyentuh level terendah sepanjang sejarah di 1,893%. “Pasar menunjukkan kepercayaan terhadap kebijakan baru Beijing,” ujar seorang analis.
Korea Selatan menjadi pemimpin kenaikan di Asia. Indeks Kospi melesat 2,43% ke level 2.417,84, pencapaian terbaik dalam tiga bulan terakhir. Indeks Kosdaq yang lebih kecil bahkan melonjak 5,52% ke 661,59. Kenaikan ini terjadi di tengah tensi politik dalam negeri. Pemimpin oposisi, Lee Jae Myung, berjanji akan mendukung pengesahan anggaran tahun depan.
Jepang juga mencatatkan penguatan. Indeks Nikkei 225 naik 0,53% ke 39.367,58. Sementara itu, indeks Topix menguat 0,25% menjadi 2.741,41. Meskipun kenaikannya moderat, pasar Jepang tetap stabil di tengah fluktuasi global.
Sebaliknya, Australia mengalami tekanan. Indeks S&P/ASX 200 turun 0,36% ke 8.393. Penurunan ini terjadi setelah Reserve Bank of Australia kembali mempertahankan suku bunga acuan di 4,35% untuk ke-10 kalinya secara berturut-turut.
Tekanan juga terlihat di Amerika Serikat. Wall Street melemah dengan S&P 500 turun 0,61%, Nasdaq merosot 0,62%, dan Dow Jones turun 0,54%. Saham teknologi seperti Nvidia dan AMD tergelincir karena kekhawatiran antitrust di China. Bahkan Bitcoin, yang pekan lalu sempat menembus US$100.000, mulai kehilangan momentum.