STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Pasar saham Asia-Pasifik mencatat pergerakan yang sangat kontras pada penutupan perdagangan hari Senin (30/9/2024). Sementara bursa China mencetak kenaikan tajam, pasar Jepang justru anjlok signifikan.
Mengutip CNBC International, saham-saham di China meroket hingga 8,48%. Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam 16 tahun terakhir, terutama didorong oleh rally stimulus di sektor kesehatan dan teknologi. Indeks CSI 300 ditutup di level 4.017,85, melanjutkan tren kenaikan selama sembilan hari berturut-turut. Penutupan ini juga menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2023.
Optimisme di pasar China dipicu oleh rilis data indeks manajer pembelian (PMI) untuk bulan September, yang mencatat angka 49,8. Meskipun masih berada di zona kontraksi karena di bawah 50, angka tersebut lebih baik dari prediksi yang hanya 49,5. Namun, sektor manufaktur di China sudah mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut.
Di Hong Kong, sentimen positif juga terasa kuat. Indeks Hang Seng naik 3,09% pada jam-jam terakhir perdagangan, dengan saham-saham konsumer menjadi penggerak utama. Indeks Properti Daratan Hang Seng bahkan mencatat kenaikan tajam hingga 8,11%. Namun, perdagangan di pasar China hanya berlangsung satu hari karena bursa akan tutup untuk libur Golden Week selama sisa minggu ini.
Berbeda dengan euforia di China, bursa Jepang justru tertekan hebat. Indeks Nikkei 225 terjun bebas 4,8%, ditutup di level 37.919,55. Sektor real estate menjadi penyebab utama penurunan ini, dengan saham Isetan Mitsukoshi Holdings yang anjlok 10,64%. Selain itu, indeks Topix juga mengalami koreksi tajam sebesar 3,47%, berakhir di level 2.645,94.
Salah satu faktor utama yang menyeret pasar Jepang ke zona merah adalah data produksi industri Jepang yang turun 4,9% secara tahunan pada bulan Agustus. Data ekonomi yang lemah ini, jauh lebih buruk dari penurunan 0,4% di bulan sebelumnya. Secara bulanan, produksi industri turun 3,3%, lebih tajam dari ekspektasi penurunan 0,9% dalam survei Reuters.
Meskipun pasar Jepang melemah, penjualan ritel di negara tersebut tumbuh 2,8% secara tahunan pada bulan Agustus. Angka ini melampaui perkiraan 2,3% dan lebih tinggi dari revisi 2,7% pada Juli.
Pasar Jepang juga terpengaruh oleh hasil pemilu Partai Demokrat Liberal, di mana Shigeru Ishiba terpilih menggantikan Fumio Kishida sebagai Perdana Menteri baru Jepang.