STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik mengalami tekanan pada penutupan perdagangan hari Kamis sore (9/1/2025) waktu setempat. Ini ditandai dengan sesi perdagangan yang fluktuatif. Sentimen negatif muncul setelah Federal Reserve mengisyaratkan kemungkinan menunda pelonggaran kebijakan karena risiko inflasi yang masih tinggi.
Mengutip CNBC International, di Tiongkok, data inflasi Desember menunjukkan kenaikan indeks harga konsumen (CPI) hanya 0,1% secara tahunan. Sebaliknya, indeks harga produsen (PPI) turun 2,3% year-on-year, memperpanjang tren penurunan selama 27 bulan.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,13% menjelang penutupan. Sementara itu, CSI 300 di China daratan melemah 0,25% ke 3.779,88. Barclays memprediksi inflasi di China akan tetap rendah hingga akhir 2025, dengan PPI terus berada di zona deflasi.
Di Jepang, Nikkei 225 merosot 0,94% ke 39.605,09, sedangkan Topix turun 1,23% ke 2.735,92. Yen Jepang berhasil menguat tipis ke 158,05 terhadap dolar AS setelah sebelumnya menyentuh level terendah lima bulan.
Australia juga mencatat pelemahan. Indeks S&P/ASX 200 turun 0,24% dan ditutup di 8.329,2. Namun, Korea Selatan memberikan kejutan positif. Indeks Kospi naik tipis ke 2.521,9, sementara Kosdaq melonjak 0,54% ke 723,52 setelah sesi perdagangan yang cukup bergejolak.
Bursa utama lainnya di Asia juga tertekan. Shanghai Composite melemah 0,58% ke 3.211,39, dan CNBC 100 Asia Index turun 0,6% ke 9.891,35.
