STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (1/12/2025) waktu setempat. Investor mengawali Desember dengan sikap hati-hati di tengah tekanan sektor pertahanan, koreksi saham teknologi, dan ketidakpastian kebijakan moneter global.
Mengutip CNBC International, indeks Stoxx Europe 600 yang berisi saham-saham utama di Eropa tercatat turun 0,20% ke 575,27. Sebagian besar bursa utama dan sektor industri terperosok ke wilayah merah.
Bursa Jerman DAX mencatat penurunan paling tajam di antara indeks utama lainnya. Indeks ini anjlok 1,04% atau kehilangan 247,35 poin menjadi 23.589,44. Indeks CAC 40 Prancis juga melemah 0,32% ke posisi 8.097,00.
Nasib serupa dialami oleh indeks FTSE 100 di Inggris. Pasar saham London ini susut 0,18% ke level 9.702,53. Indeks FTSE MIB Italia turun 0,22% menjadi 43.259,48. Hanya indeks IBEX 35 Spanyol yang mampu bertahan di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,11%.
Saham Airbus menjadi salah satu pemberat utama indeks pada perdagangan kali ini. Produsen pesawat terbang tersebut anjlok 5,8% saat penutupan. Tekanan jual muncul setelah perusahaan bergerak cepat memperbarui perangkat lunak penerbangan pada armada A320.
Langkah ini diambil menyusul kekhawatiran terkait radiasi matahari. Fenomena alam ini dikhawatirkan berpotensi merusak data kendali penerbangan yang krusial. Meskipun gangguan perjalanan massal tidak terjadi, investor tetap bereaksi negatif.
Sektor pertahanan juga mengalami tekanan jual yang cukup dalam. Investor memantau ketat perkembangan upaya damai antara Rusia dan Ukraina. Kabar mengenai perundingan damai membuat saham-saham produsen senjata berguguran.
Saham Rheinmetall tergelincir 2,2% pada perdagangan Senin. Renk jatuh lebih dalam sebesar 4,7%, sementara Hensoldt turun sekitar 3,1%. Utusan Khusus AS Steve Witkoff dikabarkan bertolak ke Moskow untuk pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin.
Berbeda dengan sektor lainnya, saham pertambangan justru bersinar terang. Penambang logam mulia Fresnillo memimpin kenaikan dengan lonjakan 7%. Kenaikan ini didorong oleh harga emas yang menyentuh level tertinggi dalam enam minggu.
Saham Anglo American naik lebih dari 1,4% dan Glencore menguat 1%. Harga emas di pasar spot terakhir terlihat di US$4.237,89 per ons troi. Logam mulia ini naik 0,18% pada hari Senin.
Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan moneter global. Pedagang kini memperhitungkan peluang 87,4% untuk pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada pertemuan 9-10 Desember mendatang.
Bank of England (BOE) turut memantau langkah The Fed dengan seksama. Megan Greene, anggota Komite Kebijakan Moneter BOE, berbicara kepada CNBC mengenai pengaruh eksternal terhadap ekonomi Inggris.
“Sekitar setengah dari pergerakan dalam kurva kami sebenarnya dihasilkan sepenuhnya di luar Inggris,” ujar Greene.
Greene juga menyoroti kondisi ekonomi Inggris pasca pengumuman anggaran musim gugur. Menurutnya, ada sedikit optimisme terkait kepastian ekonomi ke depan.
“Sekarang kita memiliki sedikit lebih banyak ruang yang terbentuk, mungkin ada sedikit ketidakpastian yang berkurang, dan hal itu cenderung, secara seimbang, membuka lebih banyak investasi daripada sebaliknya,” tambah Greene.
Namun, tantangan terbesar bagi bank sentral Inggris adalah konsumsi masyarakat yang masih lesu. Greene membandingkan perilaku konsumen Inggris dengan Amerika Serikat yang berbeda jauh pasca pandemi.
“Kami terus memperkirakan konsumsi akan mulai berjalan, namun hal itu terus tidak terjadi,” ungkapnya.
Greene menegaskan kondisi konsumsi ini akan mempengaruhi keputusan suku bunga ke depannya. Jika konsumsi tetap lemah, pandangannya terkait pemangkasan suku bunga bisa berubah.
“Jika prospek konsumsi berakhir jauh lebih lemah dari apa yang kami perkirakan, maka hal itu mungkin akan mengubah pandangan saya juga,” tutup Greene.
