STOCKWATCH.ID (LONDON) – Pasar saham Eropa kembali mengalami tekanan besar! Pada penutupan perdagangan hari Selasa (10/9/2024) waktu setempat, bursa saham di seluruh Eropa tergelincir, dipimpin oleh sektor otomotif yang mengalami penurunan tajam. Ada apa dengan saham otomotif Eropa kali ini?
Mengutip CNBC International, Indeks Stoxx 600, yang melacak kinerja saham-saham di Eropa, turun 0,5%. Sebagian besar sektor dan bursa utama di Eropa berada di zona merah. Di Inggris, indeks FTSE 100 jatuh lebih dalam, turun 0,7% setelah sempat mengalami kenaikan 1,09% pada sesi perdagangan sebelumnya.
Sektor otomotif menjadi penyebab utama tekanan pada bursa Eropa. Saham di sektor ini merosot hingga 3,8% akibat masalah yang dialami oleh produsen suku cadang otomotif, Continental. Perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka harus menyiapkan cadangan biaya hingga puluhan juta euro terkait kasus garansi sistem rem. Imbasnya, saham Continental anjlok lebih dari 10%.
Tidak hanya itu, saham BMW terjun bebas hingga 11%. Penurunan ini terjadi setelah BMW memangkas proyeksi margin laba 2024 mereka akibat masalah dengan sistem rem dari Continental serta beberapa faktor lainnya.
Selain sektor otomotif, saham-saham di sektor kesehatan juga terkena dampak negatif. Saham AstraZeneca, raksasa farmasi asal Inggris, turun 5% setelah pengumuman hasil uji coba obat kanker paru-paru yang mengecewakan.
Penurunan ini cukup mengejutkan karena sebelumnya, bursa Eropa sempat ditutup lebih tinggi pada Senin, dengan harapan sentimen negatif mulai mereda. Namun, optimisme yang sempat terjadi di pasar Asia-Pasifik tidak mampu mengangkat pasar Eropa pada hari Selasa. Meskipun Wall Street sempat naik, bursa Eropa tetap terpuruk.
Di Amerika Serikat, pasar saham bergerak fluktuatif. Para investor sedang menanti pertemuan Federal Reserve pekan depan, di mana pemotongan suku bunga sangat diantisipasi. Keputusan ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran terkait pelemahan ekonomi yang tengah berlangsung.
Di sisi lain, data terbaru dari Office for National Statistics di Inggris menunjukkan bahwa tingkat pengangguran turun menjadi 4,1% pada periode Mei hingga Juli. Namun, pertumbuhan pendapatan karyawan reguler juga turun menjadi 5,1% di periode yang sama.
Richard Carter, kepala penelitian bunga tetap di Quilter Cheviot, menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan upah menurun, angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan target inflasi 2% dari Bank Sentral Inggris. “Ini mungkin meningkatkan kepercayaan konsumen, tetapi masih menjadi perhatian bagi Bank of England,” kata Carter.