STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia pada penutupan perdagangan Rabu (11/6/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (12/6/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi setelah data menunjukkan inflasi inti di AS lebih rendah dari perkiraan.
Mengutip CNBC International, data terbaru memperlihatkan bahwa Indeks Harga Konsumen inti (Core CPI) hanya naik 0,1% pada Mei, turun dari kenaikan 0,2% di bulan April. Angka ini jadi sinyal bahwa tekanan inflasi di ekonomi terbesar dunia mulai mereda.
Situasi ini membuat pelaku pasar yakin The Federal Reserve berpotensi memangkas suku bunga lebih cepat. Apalagi, pasar kontrak berjangka kini memproyeksikan peluang pemangkasan suku bunga sebesar 68% pada September, naik dari 57% sebelum data inflasi dirilis.
“Inflasi Mei lebih rendah dari perkiraan, menunjukkan bahwa tarif impor belum berdampak besar dalam jangka pendek,” kata Alexandra Wilson-Elizondo, Global Co-Chief Investment Officer untuk Multi-Asset Solutions di Goldman Sachs Asset Management.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan masih mengandalkan stok lama atau menyesuaikan harga secara perlahan karena permintaan yang belum pasti. “Jika inflasi tetap terkendali atau pasar tenaga kerja melemah, The Fed kemungkinan akan mempertimbangkan penurunan suku bunga,” ujar Wilson-Elizondo.
Meski sempat melemah tajam, dolar AS memangkas sebagian kerugian setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan China.
Kesepakatan itu mencakup pasokan magnet dan mineral tanah jarang dari Beijing, sementara Washington akan mengizinkan mahasiswa asal China untuk menempuh pendidikan di kampus-kampus AS.
Seorang pejabat Gedung Putih menjelaskan bahwa dalam kesepakatan tersebut, AS akan mengenakan tarif 55% untuk barang impor asal China. Ini terdiri dari tarif dasar 10%, tarif 20% untuk pelanggaran perdagangan fentanyl, dan tarif 25% yang mencerminkan tarif lama. Sementara itu, China akan mengenakan tarif 10% untuk produk AS.
John Praveen, Managing Director di perusahaan investasi Paleo Leon, mengatakan bahwa perkembangan ini cukup positif. “Skenario terburuk sepertinya sudah lewat. Kedua pihak bisa menjaga muka,” ujarnya.
Menurut Praveen, pasokan mineral tanah jarang dari China menjadi poin penting bagi AS. “Yang jadi pertanyaan sekarang apakah kesepakatan ini akan dijalankan. Tapi setidaknya ini jadi kabar baik untuk pasar karena ketegangan mulai mereda,” katanya.
Di pasar valuta asing, dolar AS stagnan terhadap yen di level 144,91. Sementara itu, euro menguat 0,3% ke US$1,1461. Dolar AS juga turun 0,3% terhadap franc Swiss dan diperdagangkan di kisaran 0,8203 franc.