STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya mencatatkan kenaikan mingguan pertamanya sejak pertengahan Maret. Penguatan ini terjadi setelah China memberikan beberapa pengecualian tarif untuk produk impor dari AS.
Mengutip CNBC International, sepanjang pekan lalu, pergerakan dolar sempat berfluktuasi akibat sinyal yang saling bertentangan terkait hubungan Washington dan Beijing.
Pada Selasa lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan ada potensi deeskalasi dalam perang tarif antara kedua negara. Trump mengatakan bahwa pembicaraan langsung antara AS dan China sudah berlangsung.
Kemudian pada Jumat, sejumlah perusahaan melaporkan bahwa China telah memberikan pengecualian untuk sebagian produk AS dari tarif 125%. China juga meminta perusahaan untuk mengidentifikasi produk-produk lain yang berpotensi mendapatkan pembebasan.
Dalam wawancara dengan majalah Time yang dipublikasikan Jumat, Trump mengatakan bahwa pemerintahannya sedang berbicara dengan China untuk mencapai kesepakatan tarif. Ia juga menyebut Presiden China Xi Jinping telah menghubunginya. Namun, Beijing terus membantah cara AS menggambarkan jalannya pembicaraan.
Sepanjang hari Jumat, dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama, naik sekitar 0,1%. Secara mingguan, dolar membukukan kenaikan 0,3%, yang menjadi penguatan mingguan pertama sejak Maret.
“Saya tidak berpikir situasinya sudah sepenuhnya jelas, tapi rasanya ketegangan tidak lagi meningkat. Justru terlihat menuju deeskalasi daripada eskalasi,” ujar Market Strategist City Index, Fiona Cincotta.
Meski ada kabar pengecualian tarif, masih banyak ketidakpastian yang membuat arus keluar dari dolar belum sepenuhnya berbalik. Sejak Trump mengumumkan tarif “Liberation Day” pada 2 April, dolar sudah melemah sekitar 4%.
“Kita sudah melihat dolar keluar dari wilayah oversold. Tapi terlalu dini untuk merayakan pemulihan dolar, kita belum sampai di titik itu,” kata Cincotta.
Dolar juga menguat terhadap yen Jepang sebesar 0,6% menjadi 143,53 yen, dan naik sekitar 0,6% terhadap franc Swiss menjadi 0,828 franc.
Sementara itu, euro turun 0,1% menjadi US$1,14 dan poundsterling melemah 0,1% ke US$1,33, meskipun data penjualan ritel Inggris dilaporkan lebih kuat dari perkiraan.
Awal pekan ini, Trump sempat mengguncang pasar dengan ancaman memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell karena dinilai lambat menurunkan suku bunga. Namun, Trump kemudian mengklarifikasi bahwa ia tidak berniat mengganti Powell, membuat dolar kembali menguat.
Selain itu, Washington disebutkan telah membuat kemajuan dalam pembicaraan dagang awal dengan Korea Selatan dan Jepang.
Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato, mengatakan setelah bertemu Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahwa tidak ada pembahasan soal target nilai tukar mata uang. Trump sebelumnya sempat menuduh Tokyo sengaja melemahkan yen demi membantu ekspornya.
Negosiator utama Jepang, Ryosei Akazawa, yang juga menjabat sebagai Menteri Ekonomi, dijadwalkan melanjutkan perundingan putaran kedua dengan Bessent pekan depan.
Namun begitu, Strategist MUFG, Derek Halpenny, mengingatkan bahwa meskipun ada pelonggaran tarif, perlambatan pertumbuhan ekonomi AS tetap bisa terjadi. Ia memperkirakan volatilitas tetap tinggi, pasar saham akan tertekan, dan kondisi global masih belum mendukung penguatan dolar terhadap yen.
Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, juga menegaskan kembali komitmennya untuk menaikkan suku bunga jika inflasi bergerak menuju target 2%. Namun, Ueda mengingatkan bahwa pihaknya tetap harus mewaspadai dampak dari kebijakan tarif AS.
Pasar pun memperkirakan Bank of Japan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan dua harinya yang berakhir pada 1 Mei mendatang.
