STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menunjukkan kekuatan luar biasa di pasar valuta asing. Pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (14/12/2024) WIB, dolar mencatatkan performa terbaik dalam sebulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh spekulasi bahwa Federal Reserve akan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga pada 2025.
Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,037% menjadi 107. Secara mingguan, dolar AS mencatatkan kenaikan hampir 1%, yang merupakan rekor tertinggi dalam sebulan terakhir.
Kenaikan dolar juga terlihat jelas terhadap yen Jepang. Dolar AS menguat 0,69% ke level 153,695 yen, angka tertinggi sejak akhir November. Yen menjadi mata uang dengan performa terburuk minggu ini, terdepresiasi 2% terhadap dolar.
Spekulasi beredar bahwa Bank of Japan (BoJ) kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan mereka minggu depan. David Scutt, analis dari City Index, mengatakan bahwa jika BoJ mempertahankan suku bunga, dolar/yen bisa terus melanjutkan lonjakan singkatnya.
Pound sterling juga tertekan pekan ini. Data ekonomi Inggris menunjukkan kontraksi mengejutkan pada Oktober, dengan ekonomi Inggris menyusut 0,1%. Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang memprediksi pertumbuhan 0,1%. Akibatnya, pound turun 0,45% ke US$1,2616, mendekati level terendah bulan ini.
Namun, euro mencatatkan penguatan tipis 0,26% ke US$1,04945 setelah sebelumnya sempat melemah. Bank Sentral Eropa (ECB) baru-baru ini memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dan membuka kemungkinan penurunan lebih lanjut.
Franc Swiss hampir tidak bergerak setelah Bank Sentral Swiss mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga 50 basis poin. Franc bertahan di level 0,89265 terhadap dolar AS.
Dolar Kanada juga tertekan dan mencapai level terendah dalam 4,5 tahun terakhir. Sementara itu, yuan Tiongkok bertahan di 7,281 per dolar AS di pasar offshore. Menurut Reuters, pemerintah Tiongkok sedang mempertimbangkan pelemahan lebih lanjut pada yuan untuk mengimbangi dampak potensi perang dagang dengan AS.
Data ekonomi AS turut mendukung penguatan dolar. Inflasi produsen dan pendinginan pasar tenaga kerja sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal ini semakin memperkuat spekulasi tentang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada pertemuan 18 Desember mendatang. Namun, pasar hanya memperkirakan peluang 24% untuk pemangkasan lebih lanjut pada Januari, dengan Maret dianggap sebagai waktu yang lebih mungkin.
Matt Weller, kepala riset pasar di StoneX, mengatakan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan mengambil jeda panjang pada kuartal pertama 2025. “Mungkin hanya ada penurunan suku bunga bertahap untuk menyesuaikan kebijakan,” ujarnya.