STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah terhadap euro dan franc Swiss pada akhir perdagangan Jumat (29/8/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (30/8/2025) WIB. Pelemahan ini membuat dolar menuju penurunan bulanan sekitar 2% terhadap sekeranjang mata uang utama.
Mengutip CNBC International, indeks dolar tercatat turun 0,14% ke 97,760. Euro naik tipis 0,12% ke US$1,1699. Pound sterling bergerak datar di US$1,3511. Dolar juga melemah 0,09% ke 146,83 yen Jepang dan turun 0,24% ke posisi 0,7999 franc Swiss.
Kementerian Perdagangan AS melaporkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,2% pada Juli setelah sebelumnya naik 0,3% di Juni. Angka ini sesuai perkiraan pasar dan memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve bulan depan.
Pasar uang kini memperkirakan peluang 87% The Fed memangkas suku bunga pada pertemuan 16-17 September. Sebulan lalu, peluangnya hanya 63% menurut alat FedWatch milik CME.
Uto Shinohara, Senior Investment Strategist di Mesirow Currency Management, mengatakan sentimen konsumen yang lemah masih membayangi pasar. “Ketidakstabilan pasar tetap menjadi sorotan, semakin dipicu oleh pemberitaan media seputar sidang Gubernur The Fed Lisa Cook terkait pemecatan yang diperdebatkan,” ujarnya.
Tekanan politik dari Presiden AS Donald Trump juga membuat dolar kian tertekan. Trump berupaya meningkatkan pengaruhnya terhadap kebijakan moneter dengan mencoba memberhentikan Lisa Cook dari jabatannya sebagai Gubernur The Fed. Seorang hakim federal pada Jumat memutuskan untuk mempercepat sidang yang meninjau upaya Cook memblokir rencana pemecatan itu.
Trump selama ini kerap mengkritik The Fed dan Ketua Jerome Powell karena dianggap lambat memangkas suku bunga.
Gubernur The Fed Christopher Waller menegaskan pada Kamis lalu ingin mulai memangkas suku bunga bulan depan. Ia juga “sepenuhnya berharap” langkah pemangkasan lanjutan dilakukan agar kebijakan moneter lebih dekat ke level netral.
Meski begitu, Kepala Strategi Pasar Corpay, Karl Schamotta, menilai data inflasi AS yang sesuai perkiraan membuat ruang pemangkasan tidak bisa terlalu agresif. “Hal itu membuat lebih sulit untuk membenarkan jalur pemangkasan yang agresif setelah langkah yang sangat diantisipasi pada September,” tulis Schamotta dalam catatannya.
Dari Eropa, survei Bank Sentral Eropa menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen tetap stabil di sekitar target 2%. Inflasi konsumen Prancis tercatat sedikit di bawah perkiraan, sementara inflasi Spanyol tetap 2,7%.
Di pasar lain, dolar Selandia Baru menguat tipis setelah Ketua Bank Sentral Selandia Baru, Neil Quigley, mengundurkan diri terkait kontroversi mundurnya gubernur bank sentral awal tahun ini.
Yuan China menyentuh level terkuat dalam 10 bulan terhadap dolar didorong penetapan nilai tukar bank sentral yang stabil serta reli pasar saham domestik. Sebaliknya, rupee India terpuruk ke rekor terendah karena kekhawatiran dampak tarif tinggi AS atas impor India.