STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mayoritas mata uang utama pada akhir perdagangan Senin (28/7/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (29/7/2025) WIB. Kenaikan ini terjadi setelah tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa yang dinilai membawa kepastian bagi pasar global.
Mengutip CNBC International, pPresiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sepakat pada kerangka kerja perdagangan yang menetapkan tarif impor barang-barang Uni Eropa sebesar 15%. Tarif ini hanya separuh dari ancaman sebelumnya yang akan diberlakukan per 1 Agustus.
Sentimen pasar juga didorong oleh kesepakatan AS dengan Jepang yang tercapai pekan lalu. Sementara itu, pejabat tinggi ekonomi AS dan Tiongkok dijadwalkan kembali berdiskusi di Stockholm hari ini untuk memperpanjang gencatan dagang selama tiga bulan.
Dolar AS mencatat kenaikan terhadap franc Swiss sebesar 0,82% ke posisi 0,80155 franc. Terhadap yen Jepang, dolar juga menguat 0,29% menjadi 148,12.
Euro menjadi salah satu mata uang yang paling tertekan. Mata uang tunggal Eropa itu turun 0,81% ke US$1,164275. Ini menjadi penurunan harian terbesar sejak pertengahan Mei. Padahal, euro sempat menguat tipis di awal perdagangan Asia.
Menurut Thierry Wizman, Global FX & Rates Strategist di Macquarie Group, kekuatan dolar saat ini bisa mencerminkan pandangan pasar bahwa kesepakatan dagang AS-Uni Eropa lebih menguntungkan AS.
“Alih-alih ‘cerai’ seperti yang sempat diperkirakan antara AS dan mitra dagangnya pada Februari hingga Juni, sekarang mereka justru seperti sedang ‘konseling pernikahan’ dan masih saling ‘bicara tentang perasaan’,” ujar Wizman dalam catatan kepada investor.
Dolar AS sempat melemah tajam awal tahun ini, terutama terhadap euro. Saat itu, kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif tinggi membuat investor menjauh dari aset-aset AS.
Padahal secara teori, pergerakan mata uang dipengaruhi oleh selisih imbal hasil obligasi pemerintah. Namun saat ini nilai euro masih lebih tinggi dari yang seharusnya jika dibandingkan dengan imbal hasil eurozone dan AS.
Anthi Tsouvali, Strategist di UBS Wealth, menyatakan tidak ada yang menduga euro akan sekuat ini di awal tahun.
“Kita semua kira setelah Hari Pembebasan, dolar akan tetap kuat. Sekarang dolar memang sempat menguat lagi, tapi dalam jangka panjang kami melihat dolar tetap akan melemah,” katanya.
Euro juga melemah terhadap yen dan poundsterling. Padahal sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi satu tahun terhadap yen dan tertinggi dua tahun terhadap pound. Dolar justru menguat terhadap pound yang turun 0,24% ke US$1,3422.
Seiring meredanya kekhawatiran pasar terhadap dampak ekonomi dari perang tarif, fokus investor kini beralih ke laporan keuangan emiten besar dan pertemuan bank sentral.
Bank Sentral AS (The Fed) dan Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu ini. Namun pelaku pasar akan mencermati pernyataan pasca-rapat untuk mencari petunjuk arah kebijakan berikutnya.
Investor juga menunggu reaksi Trump terhadap keputusan The Fed. Trump sempat dikabarkan hampir memecat Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu, namun mengurungkan niatnya karena mempertimbangkan potensi gangguan pasar.
Di sisi lain, laporan keuangan dari Apple, Microsoft, Amazon, dan Meta Platforms juga akan dirilis dalam waktu dekat. Empat saham teknologi besar ini punya pengaruh kuat terhadap indeks utama dan bisa memicu aliran dana kembali ke aset-aset AS bila hasilnya di atas ekspektasi.