STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang yen Jepang dan franc Swiss pada perdagangan Selasa (14/10/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (15/10/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi seiring meningkatnya kembali ketegangan dagang antara AS dan China yang mendorong investor mencari aset aman (safe haven).
Mengutip CNBC International, dolar AS turun 0,14% menjadi 0,803 terhadap franc Swiss dan melemah 0,13% ke posisi 152,08 terhadap yen Jepang. Padahal, pada sesi sebelumnya dolar sempat menguat terhadap kedua mata uang tersebut.
“Pasar sedikit terlena kemarin. Banyak yang ingin percaya jika ketegangan dagang AS dan China sudah mereda, tapi jelas belum,” ujar Marc Chandler, Chief Market Strategist di Bannockburn Capital Markets.
Hubungan dagang kedua negara kembali panas setelah AS dan China sama-sama mulai mengenakan biaya tambahan di pelabuhan untuk perusahaan pelayaran internasional. Kebijakan ini berdampak luas, mulai dari pengiriman mainan, barang konsumsi, hingga minyak mentah.
Selain itu, Beijing juga mengumumkan langkah balasan terhadap lima anak usaha Hanwha Ocean, perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan yang berafiliasi dengan AS. Pemerintah China juga meluncurkan investigasi terkait dampak penyelidikan Section 301 AS terhadap industri pelayaran domestik mereka.
Tindakan saling balas ini membuyarkan harapan pasar yang sempat muncul setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump akhir pekan lalu, yang sebelumnya terdengar lebih lunak terhadap Beijing.
Sementara itu, euro menguat terhadap dolar AS setelah Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu menangguhkan reformasi pensiun besar yang telah direncanakan sejak 2023. Reformasi ini ditunda hingga setelah pemilihan presiden 2027, menyusul tekanan dari partai oposisi kiri.
Euro naik 0,16% menjadi US$1,1587 setelah pengumuman tersebut. “Sepertinya akan ada pengeluaran fiskal yang lebih longgar dibanding pemerintahan sebelumnya. Obligasi Prancis juga berkinerja baik hari ini, bahkan terbaik di zona euro,” kata Chandler.
Di sisi lain, pound sterling Inggris turun 0,30% terhadap dolar ke level US$1,32955 setelah data menunjukkan perlambatan pertumbuhan upah dan peningkatan klaim pengangguran. Pound juga melemah terhadap euro, yang naik 0,37% menjadi 87,18 pence.
Mata uang dolar Australia, yang sering dianggap sebagai indikator sentimen risiko global karena keterkaitannya dengan ekonomi China, turun 0,52% ke posisi US$0,64820, terendah dalam hampir dua bulan. Dolar Selandia Baru juga melemah 0,26% menjadi US$0,571.
Ketegangan perdagangan yang belum mereda dan meningkatnya kekhawatiran ekonomi global membuat investor kembali mencari aset aman seperti yen dan franc Swiss, sementara dolar AS kehilangan momentumnya di pasar keuangan dunia.