STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kembali melemah pada akhir perdagangan Jumat (23/5/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (24/5/2025) WIB. Dolar turun setelah Presiden Donald Trump kembali mengancam tarif tinggi untuk Uni Eropa dan Apple. Ancaman ini membuat pelaku pasar kembali waspada.
Mengutip CNBC International, Trump menyebut akan mengenakan tarif 50% terhadap barang impor dari Uni Eropa mulai 1 Juni. Tak hanya itu, ia juga mempertimbangkan tarif 25% untuk iPhone yang dijual di AS tetapi tidak diproduksi di dalam negeri.
Langkah Trump ini langsung mengguncang pasar. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama, turun 0,83% ke level 99,08.
Euro ikut menguat 0,74% ke US$1,1364, sedangkan dolar AS melemah 1,07% terhadap yen Jepang. Dalam sepekan, dolar AS sudah turun 1,5% dan mencatat penurunan mingguan terbesar sejak pertengahan April.
Saham-saham di Wall Street juga ikut tergelincir, meskipun tidak sampai titik terendah sesi perdagangan. Saham Apple turun 3% di perdagangan sore waktu New York. Saham-saham di Eropa juga ditutup melemah.
Ancaman baru dari Trump terjadi di tengah minggu yang sudah penuh gejolak. Sebelumnya, Moody’s menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat. DPR AS juga baru saja menyetujui paket pemotongan pajak yang digagas Trump, yang akan menambah utang nasional hingga hampir US$4 triliun.
Trump menyampaikan sikap kerasnya terhadap Uni Eropa melalui media sosial Truth Social. Ia menulis, “Uni Eropa, yang dibentuk terutama untuk mengambil keuntungan dari Amerika Serikat dalam perdagangan, sangat sulit diajak bekerja sama.”
Pernyataan ini semakin memperkeruh sentimen pasar. Obligasi pemerintah AS dan Eropa naik karena investor mencari aset aman. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 4,4 basis poin ke 4,509%. Sementara imbal hasil obligasi tenor 30 tahun turun 3,3 basis poin ke 5,0311%.
Oliver Pursche, Senior Vice President dari Wealthspire Advisors mengatakan, “Tarif kembali jadi perhatian utama. Tarif 25% untuk iPhone dan Apple sedikit mengejutkan. Sepertinya sebelumnya ada ekspektasi pembebasan.”
Menurutnya, pasar justru lebih bereaksi terhadap kabar tentang Apple ketimbang tarif untuk Uni Eropa, karena dinilai menunjukkan sikap Trump yang makin keras.
Sementara itu, sebagian tarif yang sempat diumumkan Trump pada awal April sempat dihentikan sementara oleh Gedung Putih. Namun, tarif dasar 10% untuk sebagian besar barang impor tetap berlaku. Tarif untuk barang China juga sempat dipangkas dari 145% menjadi 30%.
Jamie Cox, Managing Partner dari Harris Financial Group, menilai reaksi pasar terhadap tarif sangat bergantung pada situasi. “Pasar akan panik dan menjual saat tarif diumumkan… lalu panik dan membeli saat tarif dihentikan sementara,” ujarnya.