STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS mengalami lonjakan signifikan, mencapai level 153 terhadap yen Jepang. Peristiwa ini terjadi pada penutupan perdagangan hari Rabu (23/10/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (24/10/2024) WIB. Ini didorong oleh ekspektasi perbedaan laju pemotongan suku bunga di antara bank sentral global.
Mengutip CNBC International, Greenback kini berada di jalur untuk meraih keuntungan dalam 16 dari 18 sesi terakhir. Dolar AS juga mencatatkan tren positif selama empat minggu berturut-turut. Data ekonomi yang positif telah menekan harapan mengenai besaran dan kecepatan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Hal ini berkontribusi pada kenaikan yield obligasi pemerintah AS.
Yield obligasi 10 tahun AS, yang menjadi patokan, naik 4,2 basis poin menjadi 4,248%. Angka ini sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan di 4,26%. Setelah mengalami penurunan selama lima bulan berturut-turut, yield ini kini meningkat sekitar 40 basis poin sepanjang bulan Oktober.
Investor mulai bersiap menghadapi pemilihan presiden AS pada 5 November mendatang. George Vessey, kepala strategi FX di Convera London, menjelaskan bahwa pasar kini beralih dari fokus pemulihan ekonomi AS ke aspek politik.
“Namun, kecenderungan untuk dolar yang lebih kuat dalam jangka pendek kemungkinan akan lebih terkait dengan potensi hedging terhadap Trump, bukan hanya cerita suku bunga,” tambahnya. Ia juga mencatat bahwa yield terus melonjak.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sekelompok mata uang, naik 0,38% menjadi 104,49. Sebelumnya, indeks ini sempat mencapai 104,57, level tertinggi sejak 30 Juli. Euro melemah 0,21% menjadi US$1,0774, setelah jatuh ke level terendah sejak 3 Juli di US$1,076. Poundsterling juga mengalami penurunan sebesar 0,25% menjadi US$1,295.
Komentar terbaru dari pejabat Federal Reserve menunjukkan bahwa mereka akan mengambil pendekatan bertahap dalam pemotongan suku bunga. Bank sentral ini juga akan merilis “Beige Book” yang berisi informasi aktivitas ekonomi, yang bisa memberikan wawasan lebih lanjut mengenai arah suku bunga.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang 89% untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Fed bulan November. Peluang untuk mempertahankan suku bunga tetap berada di angka 11%. Sebelumnya, pasar memperkirakan adanya pemotongan setidaknya 25 basis poin sebulan yang lalu.
Di sisi lain, Bank of Canada baru saja memotong suku bunga acuan kunci sebesar 50 basis poin menjadi 3,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Ini merupakan langkah terbesar yang diambil dalam lebih dari empat tahun dan menandakan bahwa negara tersebut telah kembali ke era inflasi rendah. Dolar Kanada melemah 0,3% terhadap dolar AS menjadi 1,39 per dolar.
Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam mengambil keputusan tentang pemotongan suku bunga lebih lanjut. Ia berharap data yang masuk akan menjadi acuan. Kepala ekonom ECB, Philip Lane, menambahkan bahwa aliran data yang relatif lemah dari ekonomi zona euro menimbulkan pertanyaan tentang prospek blok tersebut, meskipun ECB masih mengharapkan pemulihan.
Terhadap yen Jepang, dolar AS menguat 1,31% menjadi 153,04. Lonjakan ini menuju penguatan harian terbesar sejak 2 Oktober, setelah mencapai 153,18, level tertinggi sejak 31 Juli ketika Bank of Japan menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2007. Jepang dijadwalkan mengadakan pemilihan umum pada 27 Oktober. Survei terbaru menunjukkan bahwa Partai Demokrat Liberal yang berkuasa bisa kehilangan mayoritasnya bersama mitra koalisinya, Komeito.
Risiko dari kemungkinan pemerintah koalisi minoritas dapat menimbulkan ketidakstabilan politik. Ini berpotensi menghambat upaya Bank of Japan untuk mengurangi ketergantungan pada stimulus moneter.